Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rika Endang Triyani, Dongeng untuk Menanam Kebaikan

Kompas.com - 15/07/2016, 10:05 WIB

Tim Redaksi

Pengantar Redaksi: Sosok "Rika Endang Triyani, Dongeng untuk Menanam Kebaikan" (Kompas, Kamis, 2 Juni 2016) terpilih sebagai Sosok Bulan Juni 2016 berdasarkan suara pembaca harian Kompas. Rika memperoleh skor total 1.202, mengungguli 22 sosok lain. Tulisan lengkap terkait sosok tersebut bisa disimak di bawah ini:

Hampir 20 tahun Rika Endang Triyani (38) setia mendongeng. Demi kelancaran menuturkan cerita pada anak-anak, dia bahkan rela berhenti bekerja kantoran. Tujuannya agar anak-anak dapat menyerap nilai-nilai kebaikan lewat kisah-kisah menarik, tanpa merasa digurui.

Pada Minggu akhir Mei lalu, di satu hotel di Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rika tampil mendongeng. Ceritanya tentang sepasang sahabat, Sandy dan Happy. Tuturan perempuan itu bak mantra yang menyihir. Sekitar 500 anak khusyuk menyimak dan terus menatap panggung.

”Wah, es krim Sandy jatuh. Untung, Happy sahabat yang baik. Dia kasih es krimnya separuh untuk Sandy. Happy dan Sandy pun bermain lagi dengan gembira,” tutur Rika. Dongeng itu diakhiri dengan tepuk tangan anak-anak yang bergemuruh.

Hampir setiap Minggu, Rika selalu menyempatkan diri untuk mendongeng. Anak-anak yang terbaring di rumah sakit, tempat pengungsian banjir, sekolah, panti asuhan, perpustakaan, mal, dan hotel dihibur dengan dongeng. Tak jarang dia mendongeng secara cuma-cuma.

”Kalau pengundang punya budget (anggaran), ya, ada tarifnya. Tetapi, untuk tujuan sosial, saya sering mendongeng dengan sukarela,” ujarnya.

Hasrat Rika meriwayatkan kisah-kisah kebajikan didasari keprihatinan lantaran masih sedikitnya pendongeng di Indonesia. Sedihnya lagi, sebagian pendongeng yang ada lebih mengandalkan boneka keren, kostum mewah, atau sistem suara fantastis.

”Kekuatan ceritanya kurang ditonjolkan. Padahal, anak-anak butuh cerita yang bermakna. Jika bisa seperti itu, ingatan anak-anak pasti lebih panjang,” ucapnya.

Demi mendongeng

Selama mendongeng, Rika tak peduli berapa jumlah anak yang menjadi penonton. Sesedikit apa pun anak yang datang, dia akan menjalankan tanggung jawab sebagai pendongeng sebaik mungkin.

Marcomm Kompas/ Edbert Bruguera Leo Rika Endang Triyani, Sosok Bulan Juni 2016 pilihan pembaca harian Kompas.
Dalam soal ini, dia punya beberapa pengalaman menantang. Pernah, pada tahun 2000, dia mendongeng hanya di hadapan tiga anak dalam satu acara di Jakarta. Itu terjadi gara-gara penyelenggaranya kurang memublikasikan undangan itu.

 ”Akan tetapi, semua baik-baik saja,” katanya. Bagaimanapun anak-anak itu sudah datang dan harus dihargai. Kegundahan Rika terobati saat menyaksikan mereka gembira mendengarkan dongeng.

”Mau satu, 10, atau 500 anak, perlakuan harus tetap sama. Tujuan mendongeng adalah membuat anak bahagia. Dongeng juga cara mudah untuk anak-anak memahami kebaikan,” katanya.

Untuk mendongeng, Rika melanglang ke beberapa provinsi, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, dan Maluku. Kebebasan waktu untuk mendongeng membuat Rika bersikukuh tak mau bekerja di kantor. Untuk menopang kebutuhan sehari-hari, dia menjalankan bisnis kosmetik kecil-kecilan.

Rika sebenarnya pernah bekerja di kantor. Namun, posisi formal itu sempat menyulitkan dia dalam menjalani profesi sebagai pendongeng., terutama soal waktu yang berbenturan antara tugas sebagai karyawan dan panggilan mendongeng.

Tahun 2003, saat bekerja di satu kantor majalah, Rika harus mendongeng di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar. Dia sudah memberi tahu atasannya untuk pergi selama tiga hari, tetapi tidak diizinkan. Dia bersikeras berangkat. Jika tidak, keadaan pasti kacau karena Rika bertugas memimpin acara.

”Pengundang sudah siap menerima kami di Lembang. Saya mengikuti passion (gairah), jadi tetap saja datang,” katanya.

Tentu saja setibanya di Jakarta, atasan Rika sudah menunggu dengan kesal. Tanpa perlu berpikir panjang, dia memilih keluar setelah bekerja selama hampir setahun. ”Kawan-kawan bilang, ’bodoh banget sih kamu’, ha-ha-ha. Enggaklah, kalau begitu saja susah, bagaimana ke depannya,” kata perempuan yang juga pernah menjadi karyawan bursa saham itu.

Dia merasakan manfaat mendongeng amat besar. Suri teladan dapat terpatri dalam sanubari anak-anak, tanpa melalui ceramah yang menjemukan. Membuang sampah di tempatnya, sopan santun, persahabatan tulus, akhlak terpuji, dan pelajaran sekolah, semua itu bisa disampaikan dengan cara yang menyenangkan.

”Anak-anak juga ingat lebih lama kalau diajarkan dengan dongeng. Mereka bilang, ’kata kakak yang mendongeng harus seperti itu’,” kata Rika sambil tersenyum.

Berawal sebagai relawan

Hobi Rika mendongeng dimulai semasa kuliah pada 1997. Rika bergabung dengan Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA). Kelompok itu membiasakan anak-anak gemar membaca dan mendengarkan dongeng. Dia menjadi relawan yang mengarahkan anak-anak dan mendatangkan pendongeng berpengalaman.

Marcomm Kompas/Alfian Mamat Tahir Rika Endang Triyani, Sosok Bulan Juni 2016 pilihan pembaca harian Kompas.
Inisiatif Rika berkumpul dengan KPBA karena prihatin dengan minat anak-anak untuk membaca yang masih rendah. Lama-lama, Rika pun didorong untuk ikut mendongeng. ”Teman-teman bilang, ’ilmu kamu sudah banyak. Ayo, tularkan manfaatnya’,” katanya.

Rika banyak belajar dari Suyadi, yang lebih dikenal dengan Pak Raden. Dia dekat dengan Pak Raden yang dikenalnya sejak 1998. Rika beruntung dapat bekerja dalam banyak kesempatan dengan maestro dongeng itu.

Pengalaman paling berkesan dialami Rika ketika mendampingi Pak Raden pada festival dongeng di Jakarta, pada 2002. Seusai acara, sejumlah anak datang. Namun, betapa kecewa mereka karena tiba terlambat. Wajah anak-anak itu begitu memelas.

”Mereka mengeluh, ’ya, sudah habis’. Begitu melihat anak-anak itu, Pak Raden langsung mengajak mereka mendekat. ’Ayo ke sini anak-anak’, kata Pak Raden,” tutur Rika. Pak Raden menyuruh Rika kembali mengambil tas berisi boneka dan membukanya. Rika juga membantu mengumpulkan anak-anak.

Muka mereka kembali cerah setelah disuguhi tiga dongeng. Rika pun memetik pelajaran yang paling berharga. Pak Raden menyampaikan pesan seraya menatap perempuan itu lekat-lekat. ”Beliau bilang, ’Rika, kalau kamu mendongeng, bayaran paling besar adalah senyum dan tawa anak-anak’,” ujar Rika.

Bayangkan jika anak-anak itu pulang, lanjut Pak Raden, betapa sedihnya mereka karena harus pulang tanpa mendapatkan manfaat. ”Saya seperti tertampar. Mendongeng itu harus tulus. Pak Raden sungguh mengajarkan banyak sisi kemanusiaan kepada saya,” katanya. Pak Raden juga menganggap Rika sebagai anaknya.

Sosok lain yang berperan besar bagi Rika adalah Margaret Read MacDonald. Pendongeng kawakan dari Amerika Serikat itu mengajarkan kepada Rika untuk mencuri perhatian penonton tanpa properti mentereng. ”Luar biasa bagaimana nenek itu bisa menghanyutkan anak-anak ke dalam dongengnya dengan modal mik dan ekspresi saja,” ujar Rika.

 Bersama beberapa temannya, Rika membentuk Komunitas Dongeng Kota Hujan (KDKH) pada 2013. Fokus komunitas ini adalah Kota Bogor, Jawa Barat, meski tak menolak jika diundang mendongeng di daerah lain. Dia juga mengikuti komunitas Ayo Dongeng Indonesia.

Rika termasuk pendongeng paling senior selain Mochamad Ariyo Faridh Zidni yang juga berkiprah sejak 1997 dan sama-sama mendirikan komunitas tersebut. Dongeng pun menjadi media penyambung Rika dengan para orangtua anak-anak. Seusai mendongeng, Rika dan orangtua kerap mengobrol.

”Orangtua suka curhat (mencurahkan isi hati) karena tak ada teman mengobrol. Saya dengarkan sebagai sesama ibu. Itu pengalaman yang berharga sekali,” kata Rika.


Profil Rika Endang Triyani
Lahir:   Medan, Sumatera Utara, 26 Juni 1977
Suami: Catur M Nurtama (40)
Anak:   Raisa Adistra Sasikirana (11)
            Rania Alinastra Saskiabela (7)
            Radya Aaliyah Salwanabila (4)
Pendidikan: Sekolah Dasar PSKD V Jakarta
                   Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Jakarta
                  Sekolah Menengah Atas Negeri 70 Jakarta
                  Program Studi China Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI)

Pekerjaan: Pendongeng
Komunitas: Komunitas Dongeng Kota Hujan (KDKH)
                   Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA)
                   Ayo Dongeng Indonesia

 ------------
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Juni 2016, di halaman 16 dengan judul "Dongeng untuk Menanam Kebaikan".

Update Redaksi per 15 Juli 2016:

Sosok ”Rika Endang Triyani, terpilih sebagai Sosok Bulan Juni 2016 berdasarkan suara pembaca. Rika memperoleh skor total 1.202, mengungguli 22 sosok lain. Berita dan tautan video di halaman 12.

Adapun 5 Besar Sosok Bulan Juni 2016:

1. Rika Endang Triyani, Dongeng untuk Menanam Kebaikan (Kompas, Kamis, 2 Juni 2016)

2. Tirta Mandira Hudhi, Dokter ”Penyembuh” Sepatu (Kompas, Kamis, 9 Juni 2016)

3. Josep Matheus Rudolf Fofid, Pewarta Kasih Sayang (Kompas, Selasa, 14 Juni 2016)

4. Dedi Ahmadi, Harmoni di "Kampung Kaleng" (Kompas, Rabu, 1 Juni 2016)

5. Ayi Sutedja Soemali, Kopi Pemenang dari Puntang (Kompas, Rabu, 8 Juni 2016)

Baca selengkapnya di Pendongeng Rika Endang Triyani Terpilih sebagai Sosok Bulan Ini Harian "Kompas"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com