Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Pengungsi Mencari Tempat Aman untuk Pulang

Kompas.com - 05/07/2016, 18:17 WIB

KOMPAS.com - Lebaran bagi banyak orang identik dengan rumah, kampung halaman, dan pulang. Namun, tidak bagi Purwanto (38), warga Desa Jelok, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Sekalipun sudah berada di tempat kelahirannya, dia dan keluarga tidak memiliki rumah untuk pulang.

Rumah Purwanto adalah satu dari 19 rumah yang rusak berat dan hilang karena tertimbun longsor pada Sabtu, 18 Juni lalu. Setelah bencana, dia dan keluarga tinggal di lokasi pengungsian di SD Negeri Jelok selama dua minggu.

Sejak Minggu (3/7/2016), karena lokasi pengungsian harus dikosongkan, mereka menumpang tinggal di rumah salah seorang perangkat desa.

Setelah ini, dia tidak tahu harus tinggal menetap di mana. "Kami hanya menunggu kebijakan dari Pemerintah Kabupaten Purworejo," ujarnya.

Dia mendengar Pemkab Purworejo berencana merelokasi warga korban longsor. Namun, kapan dan di mana rencana tersebut akan direalisasikan, dirinya belum mendapat kejelasan.

"Saya mendukung rencana relokasi, tetapi juga berharap agar lokasi yang dipilihkan pemerintah benar-benar menjadi areal yang layak untuk kami tinggali," ujar Purwanto yang sudah kembali disibukkan dengan aktivitasnya bekerja sebagai sopir mobil travel di Kecamatan Purwodadi, Purworejo.

Setelah bencana yang dialaminya, bagi Purwanto, keamanan dari bahaya bencana menjadi hal yang sangat penting diperhatikan.

Dia mengatakan, longsor yang dialaminya menjadi pengalaman mengerikan yang sulit dilupakan. Ketika longsor mulai terjadi, sekitar pukul 20.30, dirinya baru saja tiba di rumah. Ketika itu, dia mendengar suara gemuruh dari tebing di dekat rumahnya, dan seketika ia langsung menarik anak dan istrinya keluar rumah.

"Saat berlari ke jalan ke luar rumah, saya sempat melihat tanah dari tebing meluncur turun ke jalan seolah-olah mengejar kami dari belakang," katanya.

Rumah Purwanto sekitar 100 meter dari tebing setinggi sekitar 100 meter. Selama puluhan tahun tinggal Desa Jelok, baru tahun ini longsor besar terjadi. Biasanya, longsor hanya kecil.

Rumah kontrakan

Karena ingin membebaskan diri dari trauma dan secepatnya mencari tempat aman, Surato (55), warga Desa Jelok lainnya, berencana pindah ke sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Cangkrep Lor di Kecamatan Purworejo. Rumah tersebut akan dihuni Surato bersama enam anggota keluarganya.

"Kami merasa harus secepatnya pindah. Setelah pindah, barulah kami bisa memikirkan apa saja yang harus kami kerjakan untuk melanjutkan hidup," ujarnya.

Uang untuk membayar sewa rumah berasal dari sumbangan berbagai pihak kepada pengungsi, termasuk Surato.

Surato tinggal bersama istri, 3 anak, 1 menantu, dan 1 cucunya yang berusia di bawah 5 tahun. Saat ini, dia dan satu anaknya untuk sementara berhenti bekerja karena ingin berkumpul bersama keluarga. Surato adalah petani dan anaknya buruh bangunan.

Longsor, kata Surato, membuat dirinya kehilangan sandang, pangan, dan papan. Tidak sekadar menimbun rumah dan empat sepeda motornya, bencana tersebut juga menimbun 14 karung atau sekitar 7 kuintal gabah yang menjadi stok pangan bagi keluarga Surato.

Tidak hanya harta benda, bagi Yatinem (55), longsor juga menyebabkan dia kehilangan suaminya, Jemiran (65). Saat longsor terjadi, Jemiran tidak bisa lari keluar rumah karena kedua kakinya lumpuh.

Di tengah tidak jelasnya rencana pemerintah untuk merelokasi korban longsor, sama seperti Surato, Yatinem berinisiatif pindah ke lokasi yang lebih aman, di rumah kontrakan di Kelurahan Cangkrep Lor.

"Setelah tinggal di daerah yang lebih aman, saya dan anak sulung saya bisa kembali tenang mencari kerja dan anak bungsu saya tenang kembali bersekolah," ujar Yatinem yang sebelumnya bekerja sebagai pengasuh bayi. Anak sulungnya bekerja sebagai buruh bangunan.

Seperti sempat diberitakan sebelumnya, longsor di Purworejo terjadi di 5 desa di 3 kecamatan. Di Desa Jelok, longsor menyebabkan 4 warga tewas, 6 warga luka-luka, serta sejumlah rumah rusak dan tertimbun.

Kepala Desa Jelok Sukamto mengatakan, Desa Jelok termasuk dalam kawasan rawan bencana banjir dan longsor. Dengan kondisi tersebut, sebanyak 334 keluarga atau 1.125 jiwa warganya sudah terbiasa waspada, terhadap banjir dan longsor.

Namun, tentu saja, bencana tidak akan pernah membuat mereka siap untuk kehilangan rumah.. (Regina Rukmorini)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Juli 2016, di halaman 22 dengan judul "Mencari Tempat Aman untuk Pulang".

 

Kompas TV Sutikno, Dari Korban Jadi Relawan Longsor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com