Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diserang Kanker Ganas, Nurul Terpaksa Putus Sekolah

Kompas.com - 25/06/2016, 08:19 WIB
Taufiqurrahman

Penulis

Kendala lain yang dihadapi keluarga Nurul adalah biaya. Sejak pertama kali Nurul menderita kanker sampai hari ini, keluarganya sudah menghabiskan biaya Rp 80 juta lebih. Dalam seminggu saja, akhir-akhir ini keluarga Nurul harus mengeluarkan biaya Rp 1,8 juta untuk membeli obat untuk mengurangi rasa sakit Nurul. Dari mana mereka dapat biaya?

“Ada saja sumbangan dari masyarakat yang tidak diduga. Terakhir dari mantan Bupati Pamekasan Kholilurrahman yang kini jadi anggota DPR RI mengantarkan sumbangan ke sini,” ujar dia.

Kesulitan lainnya, keluarga Nurul tidak mempunyai kartu BPJS. Sehingga semua biaya pengobatan harus ditanggung sendiri. Pernah suatu ketika, Wakil Bupati Sumenep, Ahmad Fauzi datang menjenguk dan memberikan santunan. Fauzi meminta kepada Kepala Desa Pagar Batu agar membantu mengurus administrasi BJPS keluarga Nurul. Namun sampai hari ini belum pernah ada tindak lanjutnya.

“Kepala desa hanya sekali datang menjenguk ke sini. Itupun karena ada Wakil Bupati. Perintah Wabup agar BPJS saya dibantu untuk diurus, sampai hari ini belum pernah ada tindak lanjutnya,” tuturnya.

Pernah ada gerakan donasi untuk Nurul. Namun hanya berlangsung sesaat. Hasilnyapun tidak signifikan. Biaya pengobatan dari hasil donasi, tidak cukup untuk membiayai pengobatan Nurul selam seminggu.

“Banyak yang menyarankan saya membuat rekening untuk donasi. Setelah rekening dibuat, hasilnya hanya bisa membantu sekedarnya. Pernah bolak-balik ngecek rekening, tapi saldonya minim,” ujar Hanafiansyah, kakak kandung Nurul.

Kondisi keluarga Nurul semakin terpuruk setelah ditinggal ayahnya, Abd Sakur, karena menderita stroke dua tahun yang lalu.

Hanafiansyah yang sebelumnya kuliah di Universitas Islam Malang (UNISMA), harus keluar sampai semester delapan karena sudah tidak punya biaya. Hanafi memilih pulang kampung merawat adiknya dan ibunya.

“Buat apa saya melanjutkan kuliah kalau kondisi adik saya sakit parah. Ibu saya hanya tinggal sendiri karena ayah sudah meninggal,” kata dia.

Selain itu, Hanafi lebih memilih agar adiknya menuntaskan kuliahnya  di Universitas Wiraraja Sumenep.

“Alhamdulillah adik saya sampai lulus kuliahnya. Sekarang sudah bisa membantu merawat Nurul yang sudah semakin parah penyakitnya,” ungkapnya.

Di tengah kondisinya yang memprihatinkan, teman-teman pondok Nurul terkadang ada yang datang menjenguk. Mereka juga memberikan santunan sebagai bentuk keprihatinannya. Ketika dijenguk teman pondoknya, Nurul sangat gembira dan bisa saling bercanda.

“Kalau temannya sudah pulang, Nurul kembali murung. Bahkan rintihan sakit kembali kambuh. Saya sudah pasrah kepada Allah menghadapi keadaan ini. Hanya keajaiban yang bisa memperbaiki keadaan ini,” harap ibu kandung Nurul.

Untuk mendukung Nurul silakan kunjungi: Kita Bisa Membantu Nurul 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com