"Hanya memastikan mengisi nomor peseta, kemudian pembacaaan soal. Jadi misalnya ada satu kata saja yang abstak pada satu kalimat, sudah putus! mereka ndak tahu materinya apa. jadi kita pelan-pelan membacakan soalnya, perlakuan khususnya itu," katanya.
Keterbatasan bahasa yang menghambat para siswa berkebutuhan khusus dalam memahami soal-soal ujian ini tidak serta merta menjadi stempel bahwa anak-anak ini tidak mampu mengerjakan soal ujian.
Mereka tetap bersemangat untuk belajar dan mengikuti ujian asional yang masih akan berlangsung dalam dua hari kedepan. Apalagi kehadiran para pengawas khusus yang memahami karakter dan bahasa para siswa berkebutuhan khusus ini setidaknya dapat membantu kelancaran pelaksanaan ujian nasional anak-anak SLB.
Setidaknya hal itu bisa terbaca dari ekspresi salah satu peserta UN SLB, Laurenita Hening Yovitasari (12) saat ditanyai apakah dapat mengerjakan soal-soal UN.
Dengan bahasa isyarat Laurenita mengangguk tanda membenarkan peryataan tersebut. Penyelenggaraan UN SDLB di Kabupaten Semarang tahun ini diikuti oleh 4 siswa berkebutuhan khusus. Yakni 3 siswa SLB Negeri Ungaran dan satu orang siswa SLB Wahid Hasyim Beringin. Keempat siswa tersebut merupakan siswa tuna rungu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.