Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Cepat yang Tabrakan di Balikpapan Tidak Dilengkapi Jaket Pelampung

Kompas.com - 14/05/2016, 19:18 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Banyaknya korban akibat tabrakan antar perahu cepat (speed boat) di Teluk Balikpapan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (14/5/2016), diduga terkait minimnya alat keselamatan kapal.

Staf Urusan Penerangan TNI Angkatan Laut Balikpapan, Kapten Laut (E) Eko Dwikuryanto, mengatakan, banyak ditemui speed boat penumpang tidak dilengkapi jaket pelampung hingga penerangan kapal yang standar. Akibatnya, bila tabrakan terjadi maka korban pun bisa sangat banyak.

Eko mencontohkan tabrakan antar speed boat Sabtu pagi tadi. Satu speed boat rusak berat dan tenggelam akibat tabrakan. Empat penumpang dan satu motoris terlempar dan ditemukan dalam kondisi pingsan.

"Saya kira kalau ada life jacket tidak seperti ini. Ini berguna apalagi untuk mereka yang tidak bisa berenang. Apalagi perempuan, seperti korban perempuan kali ini lebih banyak," kata Eko.

Selain itu, kata Eko, speed boat juga kerap tidak dilengkapi lampu kabut di bagian depan dan buritan kapal. Lampu ini penting di cuaca buruk. Banyak motoris menganggap cukup dengan lampu sorot untuk penyeberangan malam atau subuh.

Bila dengan lampu kabut, kapal yang lebih besar tentu mudah melihat keberadaannya.

"Banyak (speed boat) tidak standar keselamatan. Sosialisasi sudah sering kali. Kenyataannya, speed banyak tak menggunakan life jaket itu. Apalagi motorisnya, mungkin merasa tersiksa memakai jaket seperti ini," katanya.

Teluk memisahkan Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Perairan ini terbilang sangat padat, selain karena berdiri pelabuhan-pelabuhan penumpang, juga milik perusahaan-perusahaan yang bercokol di sepanjang pesisir pantai.

Karenanya transportasi air di sana sangat ramai. Warga kerap menyeberang antar kota baik dengan kapal ferry, speed boat, maupun klotok.

Speed boat sering menjadi pilihan karena waktu tempuhnya hanya 20 sampai 30 menit. Berbeda dengan ferry yang bisa lebih dari 60 menit. Sementara karyawan menggunakan kapal penyeberangan khusus milik perusahaan.   

Pagi, saat teluk diguyur hujan deras, dua speed boat tabrakan. Kapal cepat Petrosea merupakan kapal sewa dari pihak ke-3. Begitu pula motoris dan anak buah kapalnya. Kapal ini melakukan perjalanan di Teluk Balikpapan tiga kali setiap harinya, untuk mengangkut karyawan Petrosea dari Balikpapan ke lokasi kerja di Tanjung Batu, maupun sebaliknya.

Staf Eksternal Relation General Affair PT Petrosea, Verianus mengungkapkan, di kepadatan lalu lintas air ini sering kali kecelakaan tak terhindarkan. Terlebih saat cuaca buruk. Kapal mereka pernah mengalami kecelakaan di sebelumnya.

Verianus mengatakan, sudah terjadi tiga kali kecelakaan serupa, yakni tabrakan dengan speed saat kondisi cuaca buruk. “Kali ini adalah yang paling fatal,” katanya.

Verianus mengungkap, bisa jadi korban di kecelakaan air menjadi banyak karena kurangnya alat keselamatan pada kapal, khususnya di speedboat. “Kami saja ngeri kalau naik seperti ini. Kalau kapal kami pasti sangat safety,” kata Verianus.

Ia juga memastika pihaknya tetap berupaya membantu korban hingga kepulangan mereka di rumah. “Kalau perlu kami bantu sampai penguburan,” katanya.

"Kalau soal kronologi dan apa sebab, kami serahkan ke polisi saja," katanya lagi.

Kwitansi angsuran motor

Kecelakaan kali ini mengakibatkan tiga penumpang tewas, satu hilang, dua lagi dirawat intensif karena kondisi kritis maupun luka serius. Para korban merupakan rombongan pegawai dari Dinas Badan Pertanahan Nasional (BPN) PPU, beserta rekanannya. Dua yang tewas dari BPN, yakni Rahmad (42 tahun) dan Hamsidah (24) dan seorang notaris bernama Arum Wulandari (33).

Dua korban luka, yakni Berlin Chavizen (26) dari BPN dan sang motoris speed boat bernama Abdul Rahman (51), masih dalam perawatan intensif di RS Pertamina Balikpapan. Satu penumpang lain, yakni Risma Linda Lilyani (25), masih belum ditemukan.

Jurmiarti, istri dari Rahmad, mengungkapkan, tidak biasanya suaminya menyeberang ke Balikpapan dengan speedboat. Biasanya, ia menggunakan mobil dan menumpang kapal ferry.

"Kali ini naik motor (ke pelabuhan) lalu pakai speed boat. Kebetulan mobil kami pakai untuk rombongan keluarga ke pernikahan," kata Jumiarti.

Jumiarti menceritakan, suaminya dan rekan kerja di BPN berniat mengikuti arisan Dharma Wanita BPN PPU di Samarinda. Mereka sekaligus mengunjungi orang sakit di sana. Rahmad berangkat dari rumah pukul 07.00.

"Satu jam kemudian ada yang telepon tentang suami saya kecelakaan di laut. Saya sempat mengira itu penipuan lewat telepon. Saya tanya dari mana tahu saya," kata Jurmiati.

Si penelepon mengatakan, identitas yang tersisa dari si korban hanya kwitansi angsuran motor. Di kwitansi itu tertera nomor telepon Jumiarti. Si penelepon mengabarkan, kini korban berada di RS Pertamina Balikpapan.

"Jadi dia telepon ke saya karena di kwitansi itu memang tertera nama saya," kata Jumiarti.

Jumiarti dan keluarganya segera mendatangi RSPB. Banyak keluarga korban sudah menanti di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com