Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kakek 78 Tahun Bersepeda dari Pacitan demi Nonton "Tour de Banyuwangi Ijen"

Kompas.com - 12/05/2016, 06:17 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Seorang kakek berambut putih duduk seorang diri di trotoar di jalur finis International Tour de Banyuwangi Ijen yang berada di Taman Blambangan, Rabu (11/5/2016).

Sepatu warna hitam kusam diletakkan di sampingnya. Sesekali, dia mengusap keringat di dahinya.

Kepada Kompas.com, kakek yang berusia 78 tahun menunjukkan album foto yang dikeluarkan dari tas pinggang yang dikenakannya.

"Ini foto-foto perjalanan saya saat keluar negeri dengan sepeda kayuh," tuturnya.

Sambil membuka album foto tersebut, lelaki yang bernama Arif Widodo itu menunjukkan juga foto-foto keluarganya.

"Ini cucu, terus ini anak saya. Kalau ini foto istri saya yang baru meninggal 100 hari yang lalu," tambahnya.

Album foto tersebut selalu dibawa ke mana-mana oleh Arif, termasuk saat mengayuh sepeda selama satu minggu dari rumahnya di Desa Krajan, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, menuju Kabupaten Banyuwangi untuk menyaksikan International Tour de Banyuwangi Ijen.

Dia mengaku mengetahui event tersebut dari koran yang dibacanya.

"Saat tahu ada balap sepeda ini saya sudah niat untuk ikut termasuk ke Gunung Ijen," ungkapnya.

Dengan suara terbata-bata, dia menuturkan tidak membawa uang banyak sebagai bekal ke Banyuwangi. Dia mengandalkan bantuan dari masyarakat dan memilih menginap di tempat pengisian bensin dan juga kantor Koramil sepanjang perjalanan.

"Saya bawa baju empat stel. Kalau uang enggak banyak. Di jalan banyak yang bantu saya," ungkapnya.

Kepada Kompas.com, lelaki yang memiliki dua putri tersebut bercerita sudah mengunjungi beberapa negara, seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Dia pun mengaku telah berganti paspor sebanyak lima kali.

Sementara itu, sepeda yang digunakannya masih sama dengan sepeda yang sekarang dipakainya, yaitu sepeda buatan 1993 yang diberikan kepada dia secara gratis oleh temannya.

"Saat keliling pakai sepeda saya pernah tiga tahun tidak pulang. Tapi ini yang tidak boleh saya lupa bawa. Bendera merah putih," katanya sambil menunjukkan bendera merah putih yang diikat di bagian belakang sepeda.

Saat ditanya alasannya memilih berkeliling menggunakan sepeda, Arif mengaku bahwa hidup hanya sekali dan ia ingin belajar mengetahui banyak hal.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com