Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampus Tak Menjamin sebagai Tempat Aman

Kompas.com - 07/05/2016, 15:03 WIB

SLEMAN, KOMPAS — Kasus pembunuhan mahasiswi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Feby Kurnia (19), oleh petugas kebersihan kampus menunjukkan perlunya peningkatan pengamanan di kampus. Selain memasang kamera pengawas dan menambah jumlah petugas, rekrutmen pegawai yang bekerja di kampus juga perlu diperketat.

Hal ini dimaksudkan agar mereka yang berpotensi melakukan tindak kejahatan tidak lolos seleksi. Feby ditemukan meninggal di toilet kamar mandi lantai lima Gedung S-2 dan S-3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (2/5) sore.

Perempuan asal Batam, Kepulauan Riau, itu merupakan mahasiswi Program Studi Geofisika Fakultas MIPA UGM. Pada Selasa sore, kepolisian menangkap EA (26), petugas kebersihan di lantai lima Gedung S-2 dan S-3 Fakultas MIPA UGM, yang disangka membunuh Feby.

(Baca juga: Pelaku Pembunuhan Mahasiswi UGM adalah Petugas Kebersihan Kampus)

Dosen Jurusan Sosiologi UGM, Soeprapto, Jumat, di Yogyakarta, mengatakan, pembunuhan Feby menunjukkan perlunya peningkatan pengamanan di kampus. Selama ini, kampus selalu diasumsikan tempat yang aman karena berisi orang-orang terpelajar sehingga pengamanan kerap kurang optimal. Namun, sejumlah kasus menunjukkan, kampus bisa menjadi tempat kejahatan.

Peningkatan pengamanan di kampus bisa dilakukan dengan menambah jumlah petugas keamanan dan memasang kamera pengawas (CCTV). "Jadi, begitu kampus dinyatakan dibuka, setiap lantai seharusnya diawasi petugas," ujarnya.

Terkait kamera pengawas, pengelola kampus harus memastikan alat itu bekerja setiap saat sehingga aktivitas di kampus bisa diawasi. Hal itu untuk menghindari kejadian kamera pengawas yang rusak saat pembunuhan Feby terjadi.

Selain itu, kata Soeprapto, pengelola kampus juga mesti memperbaiki mekanisme rekrutmen para pegawai di kampus.

"Tidak hanya keahlian yang harus diperhitungkan, tetapi juga kondisi psikologis," ucapnya.

Mahasiswi rajin

Wakil Kepala Kepolisian Daerah DIY Komisaris Besar Abdul Hasyim Gani mengatakan, EA ditangkap di sekitar rumahnya di kawasan Plered, Kabupaten Bantul, DIY. Berdasarkan penyelidikan, EA melakukan pembunuhan pada Kamis (28/4) pagi. Pada hari itu, sekitar pukul 06.00, Feby diketahui datang ke lantai lima Gedung S-2 dan S-3 Fakultas MIPA UGM untuk mengikuti kuliah.

Saat itu, kondisi kampus masih sepi dan Feby merupakan mahasiswa yang pertama kali datang. Ia kemudian masuk ke salah satu ruangan, sementara EA sedang membersihkan ruangan lain di lantai lima.

"Korban ini, kan, merupakan mahasiswi yang rajin sehingga dia datang paling awal di kampus," kata Abdul.

Ketika Feby masuk ke toilet perempuan di lantai tersebut, EA mengikutinya lalu mencekik korban hingga meninggal. EA kemudian mengambil sejumlah barang korban lalu meletakkan jenazah Feby di dalam kamar mandi dan mengunci pintu kamar mandi dari luar.

"Berdasarkan penyidikan sementara, pelaku melakukan pembunuhan karena ingin menguasai barang-barang milik korban," ujar Abdul.

(Baca juga: Ini Kronologi Pembunuhan Feby di Kampus UGM)

Barang Feby yang diambil EA antara lain 2 telepon seluler, 1 pengisi baterai, dan sepeda motor. Dari hasil menggadaikan dua ponsel dan satu pengisi baterai, EA mendapat uang Rp 650.000. Pelaku juga diketahui membawa sepeda motor milik korban ke Terminal Giwangan, Yogyakarta.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com