Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Wilayah Masih Diterjang Banjir

Kompas.com - 19/03/2016, 19:38 WIB

PONTIANAK, KOMPAS — Bencana banjir akibat hujan lebat masih menerjang di sejumlah daerah dengan ketinggian air minimal 30 sentimeter. Ada daerah yang sudah lebih dari sebulan terkena banjir. Ribuan warga terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Beberapa jalur jalan raya pun terputus.

Hingga Jumat (18/3/2016), sekitar 7.000 warga di Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, masih menderita genangan air setinggi 1 meter. Banjir akibat meluapnya Sungai Pawan sejak Kamis (17/3/2016). Sungai tersebut selama ini sudah tercemari limbah beracun, salah satunya dari sawit, sehingga luapan air memicu serangan penyakit kulit dan demam pada warga.

Yupita, Kepala Puskesmas Kecamatan Nanga Tayap, Jumat (18/3), menjelaskan, telah membuka pos layanan kesehatan gratis. "Puskesmas belum ada alokasi khusus untuk pengobatan gratis, tetapi karena masyarakat membutuhkan bantuan, maka tetap kami dibantu dengan menggunakan persediaan obat yang ada," kata Yupita.

Sebulan terakhir, Sungai Bengawan Jero juga meluap dan menerjang Desa Bojoasri, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Hingga Kamis (18/3) akses jalan desa Gambuhan-Bojoasri masih terendam air di delapan titik setinggi 20-50 sentimeter.

Akibatnya, pelayanan puskesmas pembantu dialihkan ke kantor desa setempat yang bebas banjir. "Sejak banjir, praktis tidak bisa melayani sehingga dialihkan ke kantor desa," kata Manaf (52), warga setempat.

Tujuh desa di Kabupaten Sukamara dan Barito Timur, Kalimantan Tengah, juga terendam banjir akibat luapan sungai dan curah hujan tinggi. Sekitar 959 keluarga jadi korban. "Air setinggi 15-20 sentimeter di Desa Pangkalan Muntai dan sekitar 50 sentimeter di Desa Padang dan Mendawai," kata Camat Sukamara Zainuddin, Jumat.

Zainuddin menyebutkan, air menggenangi rumah-rumah yang ada di bantaran Sungai Mapam Hulu sejak 5 Maret. Ada 577 keluarga menjadi korban. Pemda setempat telah membantu beras 4.805 kg serta pelengkapan bayi dan ibu hamil. "Hari ini (Jumat) bantuan makanan cepat saji dari provinsi juga datang," ujarnya.

Sekretaris Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Sukamara H Ahmadi mengatakan, selain bantuan berupa makanan, bersama dinas kesehatan, pemerintah juga membuka posko kesehatan bagi warga. "Ada sekitar 40 warga yang berobat ke posko kesehatan. Mereka banyak mengeluhkan gatal-gatal akibat banjir," kata Ahmadi. Bencana banjir juga menimpa Desa Kalinapu, Desa Juru Banu, Desa Telang Baru, dan Desa Tampu Langit di Kecamatan Paju Epat, Kabupaten Barito Timur. Sekitar 383 orang menjadi korban.

Potensi jebol

Di Jawa Barat, tanggul tanah Sungai Cikidang di Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, berpotensi jebol setiap musim hujan. BPBD setempat dan Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy akan memetakan tanggul rawan jebol guna meminimalkan dampak buruk. "Banjir Cikidang selalu terjadi di Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, setiap tahun. Daerah ini selalu menerima titik terberat beban sedimentasi dari hulu sungai," kata Kepala BPBD Tasikmalaya Kundang Sodikin, Jumat (18/3).

Sungai Cikidang adalah anak Sungai Citanduy. Hulunya berada di Gunung Cakrabuana dan berakhir di wilayah Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Sedimentasi dan banyaknya kelokan aliran sungai menjadi pemicu utama banjir di Tasikmalaya. Tiga hari lalu, tanggul Sungai Cikidang di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, jebol. Akibatnya, sekitar 500 yang dihuni 2.700 orang terendam air hingga 1,5 meter.

"Dalam dua hari terakhir hujan mulai reda membuat banjir mulai surut. Hanya ada beberapa genangan kecil di sekitar Desa Tanjungsari. Warga yang sempat mengungsi sudah pulang ke rumah masing-masing," kata Kundang.

Sementara itu, saluran pengelak banjir lahar dingin kini dibangun di Kali Putih di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pembangunan hingga akhir tahun 2017 tersebut menghabiskan dana Rp 283 miliar, bantuan dari Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).

?Hal itu dikatakan Pelaksana Teknis Pejabat Pembuat Komitmen Pengendali Lahar Merapi Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Heri Priyatno, Jumat (18/3). JICA adalah lembaga yang didirikan oleh Pemerintah Jepang untuk membantu pembangunan di negara-negara berkembang.

Saluran pengelak tersebut dibangun sepanjang 2,5 kilometer hingga 2,8 kilometer, dengan lebar 70 meter dan tinggi 5 meter. Di sekitar saluran juga dibangun 23 bangunan melintang sungai (groundsill), dengan jarak antara satu bangunan dan lainnya berkisar 100 meter.

Saluran pengelak ini berfungsi mengendalikan laju material banjir lahar hujan dan groundsill untuk mendukung fungsi pengendalian dengan membantu menjaga kestabilan kedalaman dasar sungai. "Dengan adanya saluran pengelak dan 23 groundsill, aliran material banjir lahar hujan diharapkan tidak akan melimpas ke perkampungan di sekitarnya dan ke jalan raya," ujarnya. (CHE/ESA/ACI/DKA/EGI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Maret 2016, di halaman 21 dengan judul "Sejumlah Wilayah Masih Diterjang Banjir".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com