Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pieter, "John Lennon" dari Yogyakarta

Kompas.com - 05/03/2016, 10:14 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Sebutan kota seni dan budaya menjadikan Yogyakarta sebagai rumah para seniman. Tak terkecuali Pieter Budie Yatmo, musisi jalanan yang diidentikkan dengan vokalis The Beatles, John Lennon.

Menapaki usia 60 tahun, Pieter tetap energik membawakan lagu-lagu lawas dari grup musik ternama asal Liverpool, Inggris, itu.

Dengan gitar, harmonika, dan suaranya yang khas, kelahiran Salatiga, 29 September 1955, itu menarik simpati dari para penggemar musik era 1960-an.

Dalam setiap penampilannya, Pieter sengaja berdandan nyentrik ala John Lennon. Semuanya dibuat mirip dengan Lennon, mulai gaya rambut, celana pensil, sepatu, kacamata berbingkai bundar, hingga baju ngejreng.

Begitu melekatnya identitas The Beatles dalam dirinya, penyuka dan warga masyarakat menyematkan nama kepada bapak satu anak ini menjadi Pieter "Lennon".

Pieter lahir dari keluarga sangat sederhana. Sempat kuliah di Jurusan Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Pieter akhirnya keluar dari kampus karena keterbatasan biaya.

"Gini-gini saya dulu pernah menjadi mahasiswa di Ekonomi UPN. Tapi, ya tidak sampai selesai, lha tidak ada uang," kata Pieter saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Terban, Gondokusuman, Yogyakarta, Jumat (4/3/2016).

Pieter muda pindah ke jalan, mengamen. Kota demi kota ia datangi untuk mendapatkan uang demi membantu kedua orangtuanya. Namun, caranya mencari rezeki itu dilakukan tanpa sepengetahuan ayah dan ibu.

"Tahun 1984 saya awal mengamen dari kota ke kota. Tapi masih sembunyi-sembunyi, kan orangtua tidak senang saya mengamen," kata Pieter.

Pahit getir menjalani menjadi musisi jalanan menjadi santapannya sehari-hari. Ia pernah diusir, disiram air, bahkan hampir dibunuh karena si empunya menolak kehadirannya. Semua itu diterimanya dengan lapang dada.

"Saya kan datang ke rumah mereka, jadi kalau diusir ya itu hak mereka. Saya terima, mau dibunuh juga pernah karena yang punya rumah sedang cekcok," kata dia.

Setelah menikah, ia sempat gantung gitar, berhenti mengamen. Ia banting setir ke bisnis properti.

Suatu ketika, salah satu temannya menyarankan agar Pieter tetap melanjutkan bermusik. Temannya itu melihat bakat unik Pieter dalam melantunkan lagu.

"Seorang teman yang kuliah di musik mendorong saya untuk kembali. Katanya, saya punya talenta yang tidak dipunyai orang lain. Itu tahun 1990," katanya.

Hati Pieter tergerak, ia kembali berdendang. Namun, kali ini ia mengubah caranya menawarkan jasa.

Jika sebelumnya ia menyanyikan lagu-lagu universal, mulai tahun 1990 ia khusus membawakan lagu-lagu The Beatles.

"Tempat kerjanya" bukan lagi rumah ke rumah, melainkan restoran-restoran seperti di Jalan Kaliurang.

"Beatles, band legenda yang tak lekang dimakan zaman. Daya tarik dan lagunya sudah menjadi kebutuhan ditelinga pengenar dan fansnya sampai sekarang," kata Pieter yang hafal seratusan lagu The Beatles.

Pieter paham bahwa penggemar The Beatles tiak hanya menyukai hits mereka, tetapi juga rindu gaya rambut serta pakaian mereka. Karenanya, Pieter mengubah penampilannya sampai saat ini dengan gaya mirip John Lennon.

"Bermusik dan menghibur orang itu tidak cukup bernyanyi baik saja tapi harus bersih, sopan dan style. Para penggemar juga kangen gaya Beatles," ucapnya.

Dengan gaya tampil seperti itu, Pieter berusaha mengubah citra pengamen yang sering dipandang sebelah mata. Ia juga mengandalkan kemampuan dalam bernyanyi dan bermain alat musik.

Yang terpenting, kata Pieter, orang dapat terhibur. Diberi uang atau tidak, itu urusan nanti.

"Tidak dikasih uang juga tidak apa-apa, yang penting mereka terhibur. Ada yang pernah ngasih Rp 50.000, ada yang Rp 100.000. Bahkan, Rp 100 juga pernah, ya enggak apa-apa," kata dia.

Selain mengamen, sesekali Pieter masih mengurusi bisnis properti sebagai pekerjaan sambilan.

Teruslah berdendang, Pieter. Jreenngg...

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com