Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos Gerhana Matahari Menurut Suku Dayak Wehea

Kompas.com - 05/03/2016, 09:51 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis


Weluen ditinggalkan dalam penyesalan mendalam pula, juga perih akibat luka bakar.

Hari demi hari, sebagian luka di tubuh Weluen itu membaik, kecuali di bagian punggung yang membusuk dan berulat. Weluen tersiksa dan menangis setiap malam karena sulit membersihkan luka di punggung.

Tangisnya yang menyayat mengundang kehadiran burung perungguk. Kepada perungguk, ia menceritakan dirinya yang ditinggal suami dengan luka bakar. Perungguk iba. Dengan paruhnya, ia membersihkan sisa luka Weluen.

Luka itu membutuhkan perawatan lama. Perungguk sampai tinggal menetap seatap dengan Weluen.

Ia pun mulai jatuh cinta pada Weluen. Cinta tak berbalas, tetapi perungguk keras hati.

Perungguk rajin membersihkan luka hingga bertahun-tahun lamanya sambil berharap bisa mendapatkan Weluen.

Setelah sembuh, Weluen berencana mengejar Dea Pey yang sudah menjadi matahari.

Dengan muslihat, Weluen meninggalkan perungguk yang sudah menemaninya bertahun-tahun membersihkan luka.

Perungguk menemukan Weluen terbang ke langit. Meski jauh melampaui kemampuannya mengejar ke langit, perungguk tidak putus asa. Ia mencoba mengejar Weluen.

Perungguk mencapai batas kemampuannya untuk terbang. Maka, turunlah si perungguk. Ia menyaksikan Weluen menjadi bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com