Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini 30 Tahun Lalu, "Mencari Gadis Bermata Biru di Lamno"

Kompas.com - 15/02/2016, 11:28 WIB

Pesona gadis bermata biru di Lamno, Aceh Barat sudah dikenal sejak dulu hingga kini. Katanya, mereka adalah keturunan orang-orang Portugis yang mendarat di sana.

Namun, tidak mudah menemui mereka. Selain, tidak banyak yang bermata biru. Umumnya mereka pemalu.

Begitulah kesan yang muncul saat Harian Kompas memberitakan artikel berjudul "Mencari Si Mata Biru di Lamno" pada edisi Sabtu, 15 Februari 1986.

Saat itu, hampir tiap tahun desa kecil di Lembah Guereutee itu selalu dikunjungi orang-orang berkulit putih yang mengaku datang dari Portugis.

Tujuannya sama yakni mencari orang Lamno yang bermata biru. Biasanya mereka minta izin camat untuk memasuki desa-desa.

Namun, seperti yang sudah-sudah mereka gagal menemukan karena para gadisnya langsung berhamburan menjauhkan diri.

Saat itu, ada seorang pemuda bernama Abdullah (20) yang memang bermata biru.
Dua bola matanya memang berwarna biru, namun hidungnya tidak mancung dan kulitnya kekuning-kuningan. Rambut aslinya pirang, namun dia cat hitam.

KOMPAS/AMIR SODIKIN Foto seorang pemuda Lamno, Aceh Jaya, ini diambil di desanya pada tahun 2003. Lamno dikenal sebagai desa yang memiliki banyak keturunan Portugis, dengan ciri khas matanya yang biru.
Marco Polo

Belakangan seiring modernisasi, orang-orang Lamno bermata biru makin mudah ditemui. Namun, saat ini mungkin sudah sulit sekali mengingat Lamno termasuk yang terkena dampak tsunami pada 2004.

Dalam artikel "Masih Ada Si Mata Biru" di Lamno yang ditulis Basri Daham di harian Kompas, 8 Juni 1997, sejarah si mata biru di Lamno berawal dari kisah Marco Polo.

Berikut ulasannya:

Menurut tetua di Lamno, Marco Polo pernah singgah di sana untuk mengisi perbekalan sebelum melanjutkan petualangan keliling dunia.

Kisah tersebut ditulis dalam buku Far East yang mengisahkan Indo China, Lamno Aceh, dan Kepulauan Banda Maluku Tengah.

Setelah Marco Polo, sebuah kapal dagang Portugis yang lain terdampar di Wateuh Lamno, sebuah desa pantai dalam wilayah Kerajaan Marhom Daya yang berdaulat dan berkuasa sampai ke Ujung Aceh (Banda Aceh).

Kerajaan Aceh Marhom Daya merupakan cikal-bakal lahirnya Kerajaan Aceh Darussalam dan turunannya sampai Sultan Iskandar Muda.

Bukti tertulis sejarah keberadaan Kerajaan Aceh Marhom Daya bisa disaksikan pada relief batu nisan dengan kaligrafi Parsia abad ke 13 di komplek makam Marhom Daya Glee Jong, Lamno.

REPRO/KOMPAS/AMIR SODIKIN Repro foto seorang gadis Lamno keturunan Portugis ini diambil di Desa Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, pada tahun 2003.
Dalam sejarah Aceh, Marhom Daya amat dikenal sebagai ahli hukum adat. Namanya diabadikan dalam ungkapan Adat bak Po Teumerhom, Hukum bak Syiah Kuala. Artinya, pemegang adat atau ahli adat adalah Marhom Daya. Ahli hukum yang menjalankan dan mengawasi hukum dalam kerajaan Aceh adalah Syiah Kuala.

Portugis dan Marco Polo erat kaitannya dengan orang Aceh bermata biru turunan Portugis yang ditaklukkan Raja Marhom Daya. Di sini pernah terjadi perang besar silih berganti melawan Portugis, Belanda, dan Inggris. Bekas-bekasnya berupa puing benteng dan meriam-meriam kuno banyak ditemukan tertanam dalam pasir pantai.

Kapal Portugis yang terdampar di Lamno adalah sebuah kapal dagang dengan ABK sebagian besar angkatan laut Portugis. Mereka melarikan diri dari Singapura, berlayar menuju Kerajaan Daya Aceh untuk membeli rempah-rempah dan hasil bumi lainnya.

Namun, tentara kerajaan Daya tidak membiarkan orang Portugis mendarat begitu saja di Lamno. Mereka dihujani tembakan meriam dan diserang tentara Kerajaan Daya hingga menyerah kalah dan kapalnya tenggelam.

Sambil menunggu kapal untuk kembali ke Portugis, Raja Daya mengizinkan mereka tinggal di kawasan Wateh Lamno. Mereka juga belajar agama, bahasa, bertani dan adat istiadat orang Aceh sehingga dengan cepat dapat beradaptasi.

Ikuti rubrik di Arsip di harian Kompas setiap hari. Untuk berlangganan harian Kompas klik http://kiosk.kompas.com 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com