"Rumusnya cuma satu, tidak boleh ada anak yang tidak sekolah di Bandung. Tolong diterjemahkan kalimat itu dalam bentuk apa pun," kata Emil kepada ratusan kepala sekolah se-Bandung di SMA Santa Aloysius, Kompleks Batununggal, Kota Bandung, Senin (26/10/2015).
Pesan tersebut disampaikan Emil sekaligus mendeklarasikan Bandung sebagai Kota Pendidikan Inklusif. Sekolah inklusi merupakan sekolah reguler yang juga menerima anak dengan disabilitas.
"Kalau tidak mau susah jangan jadi pendidik karena tugas guru itu mengubah yang bodoh menjadi pintar, yang tidak bisa menjadi bisa," ucapnya.
Di Kota Bandung, kata Emil, telah ada 31 SD, 9 SMP, dan 6 SMA/SMK yang telah mengimplementasikan program sekolah inklusi. Dia berharap, di tiga tahun sisa kepemimpinannya, setiap sekolah di Bandung harus lebih terbuka.
"Mulai hari ini, seluruh sekolah di Kota Bandung harus inklusif. Fisik tidak ada halangan selama kita punya pikiran," ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudia Permana mengungkapkan, anak dengan disabilitas bisa masuk sekolah biasa jika secara kognitif anak tersebut mampu beradaptasi.
"Kalau memang harus ada perawatan khusus, baru masuk sekolah luar biasa," katanya.
Elih tak menampik bahwa program baru itu mendapat sejumlah kendala. Salah satunya, masih ada sekolah yang mempunyai persepsi bahwa sekolah inklusi itu merek.
"Inklusi itu bukan merek, melainkan berbuat untuk anak berkebutuhan khusus. Inklusi itu sekolahnya menerima, bukan karena ditetapkan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.