Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Kalbar: Petani Bukan Penyebab Kebakaran Lahan

Kompas.com - 09/09/2015, 22:54 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

PONTIANAK, KOMPAS.com – Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis membantah tudingan yang menyebut para petani adalah penyebab terjadinya kebakaran lahan di provinsi itu. Bantahan tersebut disampaikan Cornelis dalam laporan kegiatan satuan tugas (satgas) dan evaluasi penetapan status bencana asap, di Balai Petitih, Komplek Kantor Gubernur, Pontianak, Rabu (9/9/2015).

Dalam sambutannya, Cornelis menegaskan saat ini bukan waktu bagi para petani tradisional membuka lahan. Menurutnya, pembakaran lahan tidak semata-mata dilakukan oleh para petani tradisional. “Sekarang ini musim nugal (berladang). Kalau tidak percaya turun ke lapangan,” ujar Cornelis.

Cornelis menambahkan, beberapa pekan lalu titik panas (hotspot) di kawasan kebakaran sempat berkurang. Namun, dia mengaku heran dengan kembali munculnya hotspot di sejumlah kabupaten. “Tahu-tahu sekarang muncul lagi. Paling banyak muncul di (Kabupaten) Ketapang,” ujar Cornelis.

Kebakaran hutan dan lahan yang sangat parah saat ini terjadi di Kabupaten Ketapang. Data dari pantauan satelit Modis mencatat sebanyak 442 titik api saat ini berada di kabupaten tersebut. Selain itu, tekstur tanah yang terbakar di Kabupaten Ketapang merupakan lahan gambut.

Dalam kesempatan itu, Cornelis juga mengimbau berbagai perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat untuk membuat embung atau kolam yang berkapasitas besar. Embung tersebut berfungsi sebagai penampung air yang dapat digunakan untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran hutan di areal beroperasinya perusahaan.

“Jika perusahaan diberi izin 10.000 hektar buatlah embung karena bila terjadi kebakaran hutan dan lahan akan mudah memadamkannya,” ujar Cornelis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com