Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Tahun Penantian Herawati Berakhir bersama Jatuhnya Hercules

Kompas.com - 02/07/2015, 15:53 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com — Herawati Br Pakpahan (32) tergeletak di sudut ruang Posko Ante Mortem RS Haji Adam Malik, Medan. Dia tak sadarkan diri, salah satu tangannya diinfus. Kalau sadar, dia menangis terisak-isak, lalu pingsan lagi.

Begitulah berkali-kali, mulai hari pertama mendengar kabar jatuhnya pesawat Hercules yang membawa suaminya Marasi Situmorang (36) dan anak sulungnya, Ivan Ganda Tua Situmorang.

Sejak tiga tahun lalu, Herawati dan Ivan sama sekali tak pernah bertemu. Lima tahun sudah dia memilih berpisah dengan Marasi Situmorang, lalu tinggal di kawasan Martubung, Medan. Dua anak Herawati ikut Marasi, yaitu Ivan dan adik perempuannya.

Keduanya dititipkan ke neneknya yang tinggal di Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Sementara Marasi bekerja di Natuna. Keluarga suami melarang Herawati bertemu anak-anak yang dilahirkannya itu.

"Untunglah adek si Ivan yang kecil sejak lahir ikut mamaknya," kata Tetdi Pakpahan, kakak Herawati, Rabu kemarin, saat menunggui adiknya yang belum juga siuman.

Adik Ivan, kata Tetdi, baru setahun lalu ikut Herawati. "Itu pun diculiknya dari sekolah. Kalau enggak, tak jumpa-jumpalah adikku itu sama anak-anaknya," ucap Tetdi.

Menurut rencana Marasi, Ivan akan melanjutkan SMP di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, bersama adiknya. Makanya, dua minggu lalu, Marasi datang ke Medan untuk menjemput adik Ivan, tetapi tak bertemu. Tak berhasil bertemu istri dan anak-anaknya, Marasi menemui Tetdi untuk menanyakan keberadaan Herawati dan mengungkapkan rencananya tadi.

"Di situlah aku terakhir bertemu Ivan. Ganteng kali keponakanku itu. Sudah besar dia. Kalaulah dia tahu, rindu kali mamaknya sama dia. Bertahun-tahun ditunggunya. Ada sepasang baju dan celana dibelikannya buat Ivan," kata dia sambil mengusap air mata.

Tiga tahun sudah sepasang baju itu disimpan Herawati, ukurannya sudah tak muat lagi di badan Ivan jika dikenakan, teapi terus disimpannya. "Sudah kekecilan, tapi terus dibawanya. Kata adikku, mau kukasih sama Ivan," ucap Tetdi sambil menunjukkan baju yang disimpan Herawati.

Sebelum kejadian, perempuan ini mengaku bermimpi. Dalam bunga tidurnya itu, dia melihat adiknya menangis lalu bertanya, "Kak, kayak mananya anakku ini?"

Dia langsung terbangun dan tak lama mendengar kabar duka. "Mungkin ini jalan supaya kau tetap sama dengan anakmu, selama ini kau kejar-kejar dia terus. Tak mau dijumpainya kau karena pengaruh keluarga bapaknya. Itulah kubilang sama adikku," ucap Tetdi lagi.

Nenek Ivan, yang duduk di barisan paling depan, terlihat tertunduk lesu dan tak bersemangat. Lama-lama, direbahkannya kepalanya di atas sandaran bangku. Dia tak ingin berkata apa-apa. "Ivan itu anak panggoaran dan cucu panggoaran (pertama, dalam bahasa Batak) opung-nya. Makanya shock kali dia," kata Tetdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com