Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/06/2015, 15:00 WIB


Oleh Reny Sri Ayu

Palopo, kota yang berdiri sejak 2002, bertekad menjadi satu-satunya pusat jasa di wilayah Timur Sulawesi Selatan. Pendidikan, kesehatan, dan perdagangan adalah sektor yang digenjot untuk mengokohkan wilayah ini sebagai pusat jasa sekaligus menjadi kota tujuan.

Empat belas perguruan tinggi yang satu di antaranya dalam proses menjadi perguruan tinggi negeri serta enam rumah sakit yang satu di antaranya tipe B merupakan modal awal bagi Palopo.

Jarak daerah-daerah di wilayah timur Sulsel dengan Kota Makassar yang menjadi ibu kota Sulsel memang terbilang jauh. Palopo dan kabupaten tetangga, seperti Luwu Utara, Luwu Tumur, Luwu, dan Tana Toraja, misalnya, umumnya berjarak lebih dari 300 kilometer dari Makassar.

Bandara perintis di daerah-daerah ini tak melayani penerbangan setiap hari. Pesawat yang digunakan pun umumnya kecil, hingga jalur darat mau tak mau tetap menjadi pilihan. Jarak tempuh Makassar-Palopo misalnya hingga 10 jam.

Itulah mengapa Pemerintah Kota Palopo ingin memosisikan wilayah ini sebagai salah satu daerah yang menjadi tujuan untuk pendidikan, pelayanan kesehatan, perdagangan, dan investasi. Tujuannya memotong jarak yang terlampau jauh dengan Makassar.

"Untuk pendidikan, sementara dalam proses pengurusan untuk menjadikan Universitas Andi Djemma menjadi negeri. Jika ini berhasil, setidaknya calon mahasiswa dari daerah ini dan daerah tetangga bisa tertampung sebagian di Palopo. Di luar itu ada perguruan tinggi lain, sekolah tinggi, akademi, yang terus dibenahi dan selama beberapa tahun memang sudah jadi tujuan bagi calon mahasiswa dari kabupaten tetangga," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palopo Muchtar Basir.

Di sektor kesehatan, Palopo juga terus berbenah memberi layanan kesehatan yang lagi-lagi untuk menampung pasien dari kabupaten tetangga dan memotong jarak dengan Makassar. Terlebih RS Sawerigading, yang sejak lama menjadi rumah sakit rujukan, baru saja naik tingkat menjadi rumah sakit tipe B.

Pertanian

Seiring berbenahnya bidang pendidikan dan kesehatan, sektor jasa dan perdagangan di kota yang mewarisi istana Kedatuan Luwu ini juga ikut berbenah. Sekadar gambaran, hotel, rumah makan, pertokoan, tempat hiburan, dan fasilitas umum terus tumbuh.

Datang ke Palopo, walau nun di ujung timur Sulsel, jangan pernah khawatir sulit mendapatkan hotel dengan berbagai kelas. Begitu juga rumah makan. Pun jangan khawatir jika membutuhkan berbagai barang keperluan karena pertokoan dan pusat perdagangan mudah ditemukan. Bahkan sejumlah perusahaan besar ritel dan waralaba Tanah Air yang mengelola bisnis makanan, kebutuhan pokok, busana, dan lainnya sudah berinvestasi di wilayah ini. Palopo adalah kota yang cukup hidup pada siang dan malam hari.

"Ini adalah multiplier effect. Bukan hanya hotel dan rumah makan, usaha seperti rumah kos dan usaha rumahan lain hingga pertanian dan peternakan juga ikut berkembang. Intinya pemerintah hanya membenahi potensi yang ada dan ekonomi bergerak dengan sendirinya," kata Judas Amir, Wali Kota Palopo.

Itu pula agaknya yang membuat dalam beberapa tahun terakhir, sektor jasa dan perdagangan menggeser pertanian menjadi penyumbang terbesar pendapatan asli daerah (PAD) Palopo sekaligus produk domestik regional bruto (PDRB).

Tahun 2000, sektor pertanian menyumbang 40,93 persen PDRB Palopo. Persentase ini terus menurun hingga kini hanya berkisar 16-17 persen dan menjadi posisi ketiga setelah jasa dan perdagangan. Sektor jasa dan perdagangan kemudian meningkat dan kini persentase jasa saja sudah di atas 20 persen. Tahun 2013, PDRB per kapita Kota Palopo sekitar Rp 7,3 juta. Adapun PAD, meningkat dari Rp 50-an miliar tahun 2013 menjadi Rp 80-an miliar tahun 2014, dengan penyumbang terbesar dari sektor jadi dan perdagangan.

Namun, bukan berarti sektor pertanian, perikanan, dan peternakan ditinggalkan begitu saja. Judas mengatakan, sektor ini tetap dijaga dan dibenahi untuk menunjang pasokan pangan bagi kebutuhan wilayah ini.

"Kami membuat kebijakan agar persawahan di desa-desa yang posisinya bukan di tepi jalan besar atau jalan utama dipertahankan dan tidak dialihfungsikan. Irigasi dan pasokan benih serta pupuk tetap dijaga," kata Judas.

Arman (45), warga Kelurahan Latuppa, salah satu yang tetap bertahan di sektor perikanan budaya. Membudidayakan rumput laut jenis gracilaria tetap dilakukan, di tengah Palopo yang terus berkembang dan menjadikan jasa dan perniagaan lebih unggul dari sektor lain.

"Saya berharap pemerintah masih memperhatikan sektor pertanian dan perikanan. Jangan karena sudah banyak toko, hotel, perguruan tinggi, lalu pertanian yang pernah menjadi unggulan tidak diurus lagi," katanya.

Menangkap peluang

Bertetangga dengan Tana Toraja yang menjadi destinasi utama wisata di Sulsel serta Luwu Utara dan Luwu Timur yang kaya potensi tambang, tempat perusahaan tambang nikel PT Vale berada, Palopo harus jeli dan cerdas menangkap peluang.

Setidaknya, keberadaan Pelabuhan Tanjung Ringgit dimanfaatkan menjadi pintu masuk wisatawan yang akan berkunjung ke Toraja dengan menggunakan kapal pesiar. Jarak Palopo-Toraja yang hanya berkisar satu jam membuat banyak wisatawan mancanegara memilih jalur laut ke Tana Toraja.

"Setiap tahun ada lima hingga enam kali kapal pesiar masuk ke Palopo membawa turis. Walau mereka tak menginap di sini, setidaknya dengan bersandarnya kapal pesiar di pelabuhan kami, cukup membuat pelabuhan jadi hidup. Ke depan kami berharap mereka juga mau meluangkan waktu berwisata di Palopo. Kami punya laut atau wisata pantai yang tidak dimiliki Toraja. Jika ini jalan, tentu saja ekonomi jalan," kata Muchtar.

Untuk perdagangan, keberadaan pelabuhan ini pun disiapkan menjadi pelabuhan kontainer besar. Saat ini kapal kontainer asal Surabaya yang mengangkut berbagai barang keperluan rumah tangga, termasuk elektronik, mulai masuk ke Pelabuhan Tanjung Ringgit. Berkembangnya pelabuhan adalah sasaran bagi pedagang setempat, termasuk daerah tetangga.

"Kami sadar bahwa sumber daya alam Palopo terbatas. Maka yang bisa kami lakukan adalah mengelola sumber daya manusia dan menciptakan peluang usaha yang bisa menjadi sumber ekonomi," kata Muchtar.

Hisma Kahman, pemerhati pemerintahan yang juga akademisi dari Universitas Andi Djemma, mengatakan, masih banyak hal yang harus diperhatikan dan dibenahi pemerintah.

Menurut Hisma, stabilitas keamanan dan mencegah kerawanan sosial juga perlu terus dijaga mengingat Palopo yang kian menjadi Indonesia mini. Banyaknya pendatang harus diantisipasi agar ke depan tidak menimbulkan gesekan, kecemburuan, ataupun kerawanan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Juni 2015, di halaman 22 dengan judul "Pusat Jasa di Timur Sulsel".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com