Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Samarinda: Ruang Publik Mulai Tumbuh

Kompas.com - 05/06/2015, 15:00 WIB


Oleh Lukas Adi Prasetya

Ruas jalan sepanjang tepian Sungai Mahakam, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, ramai oleh hilir-mudik kendaraan, Rabu (27/5) sore. Jam perkantoran usai dan saatnya ruang-ruang publik di sepanjang tepian sungai didatangi warga untuk sejenak bersantai.

Motor-motor dan mobil mulai terparkir di pinggir jalan. Penjual keliling, seperti bakso, es campur, dan cimol, mulai menyiapkan gerobak mereka, memasang payung peneduh dan menggelar tikar. Beberapa anak muda tampak bergerombol dan ada pula yang bersepeda.

Mereka "ditemani" beberapa lampu lampion berbentuk satwa, seperti beruang madu dan orangutan. Juga sejumlah lampion berbentuk bunga seperti kantung semar raksasa yang menjuntai dari atas pohon. Menjelang petang, para "satwa" dan "tanaman" ini akan menyala.

Di salah satu sudut tepian Mahakam, yakni seberang Islamic Center, gazebo-gazebo yang dicat biru-krem dan luasnya hanya sekitar 3 meter x 3 meter, satu demi satu terisi orang. Sebagian lainnya duduk santai di kursi-kursi taman yang dicat warna-warni.

Bergeser ke lokasi lain tetapi masih di tepian, yakni Teluk Lerong Garden, terlihat lampion berwujud ikan pesut, ikan "Nemo", dan bunga matahari. Raisa, mahasiswi IAIN Samarinda, bersama seorang kawannya, menikmati sore yang teduh sembari mengobrol.

Pemandangan sore itu di tepian adalah hilir-mudik aneka kapal, mulai dari kapal kayu bermesin atau kelotok, kapal pengangkut BBM, hingga ponton pengangkut batubara. Di kejauhan terlihat Jembatan Mahakam, penghubung Samarinda dengan Samarinda seberang.

Semarak tepian tambah benderang ketika lampu-lampu yang berbentuk ikan pesut di sepanjang jalan mulai menyala. Namun, keramaian tak hanya di tepian Mahakam karena Taman Cerdas, satu ruang publik lain di tengah kota, juga mulai didatangi warga.

Mina, warga Sempaja Samarinda, membawa anaknya, Eki yang masih balita, malam itu. Eki bermain gembira, menjajal perosotan dan jungkat-jungkit. "Kebetulan tadi ada acara dan pulangnya melewati taman ini, sekalian mampir. Biar Eki senang," kata Mina.

Anak-anak juga punya teman berupa patung yang tersebar di penjuru Taman Cerdas. Ada si Mickey Mouse, Hello Kitty, Doraemon, hingga gajah. Di tengah taman, terdapat kolam air mancur dengan tiga patung ikan pesut-satwa khas Sungai Mahakam-di tengah-tengahnya.

Berhias

Beberapa tahun terakhir, Samarinda berhias diri agar semakin menyamankan warganya yang kini hampir sejuta jiwa. Bukan hal mudah, mengingat ibu kota Kaltim ini termasuk kota yang panen masalah, mulai dari banjir, listrik byarpet, hingga kemacetan lalu lintas.

Tambang batubara juga turut menyisakan pekerjaan rumah yang sangat sulit bagi Samarinda. Sekitar 71 persen wilayah Samarinda ternyata adalah konsesi tambang, meski menurut Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, baru 40 persen dari 71 persen ini yang sudah dikeruk.

Samarinda di bawah kepemimpinan Wali Kota Syaharie Jaang dan Wakil Wali Kota Nusyirwan Ismail mulai mengurai masalah itu satu demi satu. Ruang-ruang publik ditambah, sedangkan yang sudah ada, seperti di kawasan 5 kilometer sepanjang tepian Mahakam, diperindah.

Taman Cerdas di Jalan S Parman yang diresmikan April 2014 lalu, misalnya, dibangun dengan APBD Rp 1 miliar dan menempati areal halaman PKK Samarinda. Tak hanya memikirkan anak dan warga usia produktif, Samarinda juga mempunyai taman khusus untuk lansia.

Dua ruang publik lainnya, yakni Taman Sejati dan Taman Samarendah, masih dalam pembangunan. Taman Sejati yang menelan APBD Rp 15 miliar menempati lahan 2 hektar eks tempat pembuangan akhir. Adapun Taman Samarendah berdiri di atas lahan eks dua sekolah.

Taman Samarendah mengganti lokasi SMPN 1 Samarinda dan SMAN 1 Samarinda serta memindah sekolah pertama di Samarinda itu ke pinggiran kota. Untuk membangun taman tersebut, Pemkot Samarinda tak tanggung-tanggung karena menggelontorkan APBD hingga Rp 20 miliar.

"Taman Sejati dan Taman Samarendah diupayakan selesai tahun ini. Semakin banyak taman, semakin bagus. Saat ini ruang terbuka hijau Samarinda 22 persen dari luas kota, belum mencapai 30 persen angka ideal," ujar Ismansyah, Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda.

Sesuai harapan

Meski demikian, realisasi taman rekreasi publik itu sesuai harapan. Mahakam Lampion Garden (MLG), salah satu kawasan (tertutup) di Jalan Slamet Riyadi, yang juga termasuk tepian Mahakam, meski sudah diresmikan Februari lalu, belum dibuka untuk publik.

"Pemkot menunggu siapa yang tertarik sebagai operator MLG. Kawasan itu nantinya memang akan menjadi kawasan tertutup, agak berbeda dengan lokasi lain di sepanjang tepian Mahakam yang dibuka penuh. Kami ingin MLG benar-benar menjadi taman rekreasi yang terawat," ujar Masrullah, Kepala Humas Samarinda.

Pada 28 Mei, Taman Teluk Lerong, Taman Cerdas, dan MLG telah dilengkapi fasilitas Wi-Fi. "Perlahan, satu demi satu taman publik akan dilengkapi Wi-Fi dan sarana prasarana apa saja yang diperlukan. Itu adalah kebutuhan agar warga semakin nyaman," ucap Syaharie.

Pihaknya bahkan mencanangkan target bahwa 10 kecamatan yang ada, masing-masing harus memiliki ruang publik minimal 5 hektar. Itu jelas berat, apalagi warga biasanya hanya mau melepas tanah dengan harga sangat tinggi, bukan sesuai nilai jual objek pajak (NJOP).

Keinginan Pemkot Samarinda untuk menjaga ruang atau taman publik ini tidak mudah. Di taman sepanjang tepian Mahakam, misalnya, sampah masih bertebaran. Kain penutup lampu-lampu (patung) lampion juga mulai tampak sobek, bahkan berlubang yang malah diisi sampah. "Kami tengah memikirkan cara untuk mengantisipasi," ujar Masrullah.

Seturut julukannya, yakni Kota Tepian, Samarinda agak terlambat untuk menyadari bahwa ruang publik di tepian Mahakam semestinya indah. Tentu tidak ada kata terlambat untuk berbuat. Aksi sudah dimulai, digencarkan, dan tinggal menunggu hasilnya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Juni 2015, di halaman 22 dengan judul "Ruang Publik Mulai Tumbuh".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com