Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beginilah Asal Mula Kawasan Prostitusi di Jalan Nusantara

Kompas.com - 05/06/2015, 14:52 WIB
Kontributor Makassar, Hendra Cipto

Penulis

MAKASSAR, KOMPAS.com - Kawasan prostitusi di Makassar dikenal terletak di Jalan Nusantara. Puluhan tempat hiburan malam (THM) menjajakan ratusan pekerja seks komersial (PSK) yang berjejeran di depan Pelabuhan Soekarno Hatta. Kini lokasi itu terancam ditutup dan dialih fungsikan menjadi kawasan wisata kuliner.

Konon, kawasan prostitusi di Makassar sudah ada sejak tahun 1980-an. Lokasi prostitusi yang sudah berdiri lebih dari 30 tahun itu awalnya berada di tepi pantai depan Benteng Fort Rotterdam, Jalan Pasar Ikan. Tempat prostitusi itu dulunya dikenal sebagai Jambatan Bassi (Jambas).

Jambas merupakan jembatan besi yang menjulur ke luar dari tepi ke laut sepanjang ratusan meter. Di tempat itulah, para PSK mangkal dan menjajakan dirinya kepada pria hidung belang. Pada tahun 1990-an, Jambas dirobohkan dan para PSK pindah mangkal ke depan Pelabuhan Soekarno Hatta yang hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Jambas.

Pekerja seks itu lalu nongkrong di gang-gang kecil yang sepi dan gelap. Beberapa di antaranya mendirikan tenda-tenda untuk berjualan untuk menutupi kedok yang lebih dikenal sebagai warung remang-remang.

"Dulu dikenal sebagai Jambas dan tidak sedikit pria datang. PSK itu dulu didampingi oleh germonya. Jadi kalau ada yang berhubungan seks, pria hidung belang itu terlebih dahulu berenegosiasi harga dengan germo masing-masing PSK," kata warga Makassar yang kerap mangkal di depan Benteng Fort Rotterdam, Jumat (5/6/2015).

Dianggap jorok dan seringnya terjadi keributan, menjadi alasan pemerintah kala itu merobohkan jembatan besi yang dijadikan tempat mangkal PSK. Dari situlah, beberapa pengusaha hiburan melihat peluang bisnis prostitusi dengan menyediakan tempat berupa ruko berlantai tiga di sepanjang Jalan Nusantara.

Di ruko itu, terdapat fasilitas beberapa kamar berukuran kecil yang dilengkapi kasur. Di dalam kamar yang terletak di lantai 2 dan 3, terdapat tempat cuci-cuci dan disediakan air dalam ember lengkap dengan sabunnya.

Ratusan PSK di puluhan tempat prostitusi di sana berasal dari berbagai daerah di Indonesia, namun didominasi pekerja seks dari Jawa. Mereka beroperasi pada malam hari, dan tinggal di penampungan saat siang hari.

Usia PSK di tempat ini bervariasi mulai yang muda hingga hampir tua. Tarif kencan di sana pun berbeda-beda. Apalagi jika ingin berkencan di luar, pria hidung belang harus membayar mahal dan menjamin keselamatan PSK.

Makanya, jika siang hari rata-rata ruko di Jalan Nusantara tutup. Menjelang malam, barulah kawasan itu menggeliat. Tempat prostitusi di Jalan Nusantara terus bertambah hingga dikenal menjadi kawasan esek-esek. Kawasan yang sudah bertahan puluhan tahun itu, dalam waktu dekat akan ditutup dan dijadikan lokasi wisata kuliner oleh pemerintah setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com