Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenalkan Kopi Nusantara, Dua Pemuda Keliling Jawa dengan Motor

Kompas.com - 18/05/2015, 12:17 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis


BANYUWANGI, KOMPAS.com
- Untuk mengenalkan berbagai jenis kopi nusantara, dua pemuda berkeliling pulau Jawa dengan mengendarai sepeda motor sambil membawa 10 kilogram kopi jenis Arabica Mandailing.

Kedua pemuda tersebut adalah Amal Fathullah asal Palembang dan Faisal Rahman Fatoni asal Garut. Mereka berdua adalah lulusan IPB jurusan Manajemen Industri Jasa Makan dan Gizi yang lulus tahun 2014 lalu.

"Saatnya kopi nusantara kembali ke nusantara dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia," jelas Amal saat ditemui di Banyuwangi, Senin (18/5/2015).

Selain misi untuk mengenalkan kembali kopi asli nusantara kepada masyarakat umum, kedua lelaki lajang tersebut juga mengajarkan kepada masyarakat untuk mengenal jenis jenis kopi nusantara seperti jenis arabica dan robusta.

"Di kota yang dilewati, kami mengenalkan cupping test coffee (salah satu cara untuk memberikan nilai pada citarasa kopi) kepada masyarakat. Kami membawa kompor sendiri untuk merebus air, cangkir dan juga penggiling kopi manual. Kami menggelar semacam lapak kopi dan ajak orang orang di sekitar kopi untuk ngopi secara gratis," ujar Amal, lelaki kelahiran Palembang 7 September 1993 itu.

Ia mengatakan, selama ini kopi terbaik di nusantara lebih banyak dikirim ke luar negeri sedangkan masyarakat Indonesia hanya menikmati sisanya.

"Karena ini, kami terus mengkampanyekan kopi nusantara harus kembali ke nusantara," ungkapnya.

Amal bercerita, perjalanan mereka diawali dari Bogor pada 15 April 2015 dan target awalnya hanya satu bulan. Tapi ternyata perjalanan mereka baru sampai Banyuwangi.

"Perjalanan pertama memang melalui jalur selatan sampai di Banyuwangi, ujung timur pulau Jawa dan nanti kembali melewati jalur utara," ujar Amal.

Sementara itu, Faisal mengaku memilih keluar dari pekerjaannya di sebuah puskesmas di Garut dan memilih melakukan perjalanan bersama Amal.

"Orangtua sempat melarang dan dianggap gila. Tapi untung direstui," katanya sambil tertawa.

Ia mengaku, awalnya sama sekali tidak mengetahui jenis-jenis kopi, tetapi saat ini, dia menjadi salah satu penikmat kopi.

"Dulu saya minum cappuccino pakai gula. Awal itu yang buat saya cinta sama kopi," katanya sambil tertawa.

Dan dia mengaku tidak menyesal memilih melakukan perjalanan dan keluar dari pekerjaannya.

"Ini semacam kehidupan dua kali buat saya karena bertemu dengan banyak orang. Berdiskusi dan juga mengenal beberapa jenis kopi lokal yang kami temui disepanjang perjalanan," ungkapnya.

Dia mengaku, salah satu pengalaman yang membuatnya terkesan adalah ketika di Tasik dan mereka membuka lapak kopi dan cuaca tidak mendukung karena hujan.

"Ada beberapa orang yang janji akan bergabung bersama kamu tapi ternyata tidak datang. Akhirnya kamu ngopi sama pengamen sama preman di sekitar sana. Dan banyak hal yang kami bicarakan," ungkapnya sambil tersenyum.

Selama perjalanan, mereka juga singgah di beberapa destinasi wisata dan semua perjalanan mereka diabadikan di instagram @knalikahwe.

"Di Banyuwangi, kami sengaja roasting kopi dengan menggunakan gerabah di desa Kemiren dan nanti hasilnya kami bawa kembali di perjalanan," ungkapnya.

Mereka mengaku, perjalanan tersebut merupakan inisiatif pribadi mereka berdua.

"Biaya juga pribadi berdua. Alhamdulilah selama ini selalu ada tempat untuk istirahat dan menginap," kata Amal yang pernah bekerja di sebuah cafe di Bogor.

Selama ini juga, banyak yang berniat membeli kopi yang mereka bawa tapi mereka tidak berniat menjualnya.

"Kami selalu mengatakan bahwa kopi yang akan menemui penikmatnya," ungkap Amal berfilosofi.

Saat ditanya makna kopi, mereka berdua kompak mengatakan jika kopi itu adalah eksekusi.

"Kalau mau tumbuh besar minum susu, tapi kalau untuk menyelesaikam sesuatu ya ngopi dulu," kata mereka sambil tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com