Michael menambahkan, saat bertemu Senin sore tadi, adiknya tak banyak berkata apa-apa. Ia pun mengerti apa yang dirasakan adiknya saat menunggu waktu eksekusi.
"Ia tak berkata apa-apa tadi. Kami hanya berpelukan dan saling meminta maaf," ungkap Michael.
Teringat Masa Kecil
Selama ini, Michael selalu teringat kenangan masa kecil bersama adiknya di Australia. Apalagi sewaktu adiknya menangis saat terjatuh di sepeda bersama dirinya. Ia mengatakan, kenangan itu adalah hal terindah yang tak bisa terlupakan.
"Saya selalu teringat saat masa kecil dulu, adik saya jatuh saat bermain sepeda. Saya kira kalau (eksekusi) nanti dilakukan, hal itu tak akan pernah saya lupakan," jelas pria berambut plontos dengan tato di tangannya sembari berlinang air mata.
Dengan sesekali menunduk dan tatapan mata kosong, Michael pun melanjutkan kisah tak terlupakan bersama adiknya tersebut. Ia mengaku selalu sering bertengkar dengan adiknya. Sampai sekarang pun, ia terkadang ingin mengulang kembali kejadian tersebut. Tentunya, hal ini terjadi jika adiknya batal dieksekusi mati.
Sampai Selasa (28/4/2015) dini hari, pelaksanaan eksekusi mati pada malam hari nanti semakin santer terdengar. Apalagi, beberapa keluarga para terpidana mati telah hadir di Cilacap. Penjagaan Pelabuhan Wijaya Pura pun diperketat.
Sebelumnya, Kejaksaan Agung beberapa waktu lalu merilis 10 nama terpidana mati kasus narkoba yang akan segera dieksekusi secara serentak di Pulau Nusakambangan.
Ke-10 terpidana mati yang akan dieksekusi dalam waktu dekat ialah Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Serge Areski Atlaoui (Perancis), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria), dan Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina).
Belakangan, Kejagung menunda eksekusi mati Serge ditunda
Seluruh terpidana mati itu kini telah berada di Nusakambangan meskipun tersebar di sejumlah lapas di Nusakambangan. Mary Jane Fiesta Veloso merupakan terpidana mati terakhir yang masuk Nusakambangan setelah dipindahkan dari Lapas Wirogunan, Yogyakarta, pada Jumat pagi.