"Ini Kujang pertama yang menggunakan batu mulia. Karena itu, kami mendaftarkannya ke MURI," ujar Kepala dinas koperasi dan UMKM Jawa Barat, Anton Gustoni dalam konferensi pers Gelar Wirausaha Baru Jabar di Bandung, Rabu (11/3/2015).
Anton menjelaskan, replika kujang tersebut terdiri dari paduan lempengan beragam jenis batu mulia setebal delapan milimeter dengan tinggi hampir dua meter. Kujang tersebut tersusun dari 180 lempengan tujuh jenis batu dari beberapa kabupaten di Jabar.
Di bagian eluk/siih dan tonggong (lekukan, taji, dan punggung) tersusun dari 38 lempengan jasper merah dan jasper bergambar dari Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan bagian papatuk/congo, beuteung dan tada (patuk dan perut) tersusun dari 68 lempengan Kalsedon Ungu dari Sukabumi Selatan dan Tasikmalaya Selatan.
Sedangkan bagian paksi dan selutnya tersusun dari 17 lempengan Jasper Kuning yang berasal dari fosil kayu membatu dari Garut Selatan. Yang terakhir, bagian landean/ganja atau pegangannya tersusun dari 20 lempengan obsidian atau batu kendan dari Garut dan 15 lempengan opal biru limonitan dari Sukabumi Selatan.
Batu mulia penyusun kujang tersebut ditemukan dalam formasi batuan gunung berapi yang umurnya berkisar dari periode miosen (25 sampai 5 jutaan tahun lalu) sampai kuarter (2 juta-100 ribuan tahun). Yang tertua sekitar 25 jutaan tahun adalah jasper merah, Jasper bergambar, jasper kuning, dan kalsedon ungu dari Tasikmalaya Selatan umurnya miosen tengah (16-10 jutaan tahun).
Yang termuda, batu mulia obsidian atau batu kendan berwarna hitam yang banyak ditemukan di Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, umurnya Kuarter 2 juta-100 ribuan tahun. "Batu ini dibuat dua tahun lalu sebelum booming batu akik. Batu ini dirangkai ahli batu mulia Anton Gustoni, Bapak Sujatmiko," ungkap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.