Petugas yang dipimpin langsung Wakapolres Tasikmalaya Kota Anton Firmanto langsung memasang garis polisi di sekitar pabrik tersebut.
Menurut Anton, pabrik ini diduga menggunakan kaporit dan tawas dalam memproses bahan mentah berupa sagu aren menjadi barang setengah jadi, tepung tapioka. Pihaknya pun telah memeriksa pemilik pabrik, mandor dan karyawannya.
"Awalnya ada laporan warga di pabrik ini dalam pembuatan tepung diindikasi memakai tawas dan kaporit atau zat kimia," ujar Anton kepada wartawan di lokasi kejadian.
Untuk penyelidikan lebih lanjut, kata Agus, petugas mengamankan sagu mentah, tepung, kaporit dan tawas. Nantinya barang bukti berupa tepung jadi tersebut akan dicek di laboratorium untuk memastikan kadar bahaya jika dikonsumsi manusia.
"Nanti di cek di lab, kita butuh waktu dan tidak bisa hasilnya hari ini," kata Anton.
Meski demikian, Anton menilai segala makanan yang mengandung zat kimia bisa dipastikan berbahaya bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi.
"Ya, berbahaya dan bisa menimbulkan penyakit dalam," tambah dia.
Kepolisian menilai pengelola pabrik itu telah melanggar peraturan dan Undang-undang kesehatan, pangan, industri dan perdagangan serta Undang-undang tentang Lingkungan Hidup.
"Ini juga tentang limbah tidak ada penampungan dan langsung dibuang ke sungai," ujarnya.
Sementara itu, pengelola pabrik Dadang mengakui dalam pengolahan tepungnya memakai tawas dan kaporit. Alasannya zat kimia itu dipakai untuk membersihkan bahan baku sagu dan membunuh bakteri.
"Iya, biar bersih dan tidak mengandung bakteri," ungkap Dadang.
Pabrik ini pun, tambah Dadang, telah memproduksi tepung bercampur tawas dan kaporit sejak 20 tahun lalu.
"Sudah beroperasi lebih dari 20 tahun dan biasa sudah pakai bahan itu (tawas dan kaporit, red)," kata Dadang.
Sampai sekarang pihak kepolisian masih mendalami temuan pabrik tepung berbahan campuran tawas dan kaporit tersebut. Sesuai informasi hasil tepung dari pabrik ini telah puluhan tahun didistribusikan ke sebuah pabrik pengolahan tepung di Surabaya untuk di-finishing dan dijual ke pasaran.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.