Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah, Pengusaha Jamu Resah

Kompas.com - 19/12/2014, 17:23 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS membuat kalangan pengusaha jamu di Indonesia resah. Keresahan itu dipicu masih besarnya ketergantungan industri jamu dari bahan baku jamu impor.

Salah satu pengusaha jamu di Semarang Dr Charles Saerang mengungkapkan, hampir 70 persen bahan baku industri jamu di Indonesia berasal dari luar negeri, sehingga jika dollar naik, maka ongkos produksi akan mengalami kenaikan pula.

"Hampir seluruhnya, 70 persen komposisi dari umumnya pengusaha-pengusaha kita itu hidupnya dari impor. Jadi kalau harga dalam dollar katakan tinggi, untuk membeli impor mahal, mau tidak mau harga lokal pun naik," kata Charles saat ditemui di Taman Djamoe Indonesia di Jalan Soekarno Hatta Nomor 3, Bergas Kidul, Kabupaten Semarang, Jumat (19/12/2014).  

Menurut Charles, sebenarnya, kondisi melemahnya rupiah ini membuka kesempatan bagi pengusaha jamu untuk meningkatkan nilai ekspornya. Namun kendalanya adalah mutu dan kualitas produk jamu Indonesia belum bisa menyaingi produk jamu dari India maupun China.

"Sebenarnya, yang untung adalah pengusaha-pengusaha jamu karena mereka bisa memberikan yang terbaik untuk kita ekspor. Hanya kendalanya adalah mutu dan kualitas yang kita miliki. Saat ini kualitas yang kita miliki, belum bisa sebaik seperti mutu-mutu dan kualitas jamu dari negara lain,” jelas Charles.

Pihaknya mendesak pemerintah segera mematok nilai tukar rupiah terhadap dollar. Misalnya, satu dollar maksimal Rp 12.500, sehingga memberikan kepastian bagi dunia udaha, termasuk industri jamu.

"Jangan seperti yoyo (naik turun naik turun yang tidak jelas). Setiap pengusaha mengharapkan kepastian berapa nilai dolar dalam rupiah, karena kita tidak ingin timbul spekulasi. Mestinya BI harus cepat intervensi," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com