"Di sini (Sosrowijayankulon) ada 162 KK, sedangkan mbak-mbak (PSK) yang tidur di sini ada 90-an," jelas Sarjono (63), Ketua RW 03, saat ditemui Kompas.com di Sosrowijayankulon, Gedong Tengen, Kota Yogyakarta, Kamis (19/6/2014).
Sarjono menuturkan, PSK yang ada di Sarkem kebanyakan berasal dari daerah Jepara, Jawa Tengah dan beberapa daerah di Jawa Barat. Total PSK yang mencari nafkah di Sarkem ini sebanyak 260.
Meski sering kali dicap sebagai tempat yang negatif, hubungan antarwarga termasuk para PSK di daerah ini terbilang rukun. Apa pun latar belakangnya, apa pun agamanya dan sukunya semua berbaur tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain.
"Kalau ada acara mujahadahan semua warga bahkan mbak-mbaknya (PSK) ikut. Lalu warga yang non-Muslim membantu, misalnya menyiapkan konsumsi," katanya.
Sebaliknya, kata Sarjono, jika ada warga non-Muslim seperti Kristiani menggelar doa, warga yang lainnya juga terlibat membantu.
"Misalnya ada layatan (lelayu), warga dan mbak-mbak (PSK) juga datang melayat. Tidak melihat siapa yang meninggal," jelasnya.
Kehidupan yang harmonis dan toleransi antarwarga di Sarkem, menurut Sarjono, sudah menjadi tradisi yang sejak dulu dan sampai saat ini terus dilestarikan.
Sementara itu, salah satu PSK di Sarkem, Santi, mengaku nyaman mencari nafkah kawasan ini. Warga ramah dan mau mengerti kondisi psikologis para PSK sehingga keharmonisan terjaga.
Apalagi, ketika hari besar, misalnya 17 Agustus, semua warga dan PSK bergabung memeriahkan acara. Ada yang mengisi acara, ada yang menyumbang dana, dan ada pula yang bantu memasak.
"Kalau ada acara, ya semua terlibat, tidak melihat warga atau PSK," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.