Imbauan itu disampaikan sosiolog dari Universitas Airlangga Surabaya, Bagong Suyanto. Menurut Bagong, pasangan capres-cawapres seharusnya lebih mengedepankan kampanye programnya untuk rakyat.
"Sebab, rakyat sekarang sudah semakin cerdas. Masyarakat akan melihat apa yang akan dilakukan ke depan, bukan mempertunjukkan perilaku demonstratif di hadapan media massa," katanya, Senin (3/6/2014).
Gaya blusukan seperti yang dilakukan capres Jokowi, kata Bagong, dinilai tidak lagi efektif karena konsistensinya dipertanyakan. "Apakah ketika terpilih Jokowi juga akan blusukan keliling Nusantara, ini yang menjadi pertanyaan, konsistensinya sulit terjaga," tambahnya.
Bagong menilai, target pencitraan Jokowi dan Prabowo sampai hari ini bisa dibilang tercapai. Jokowi bisa dicitrakan sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat dan merakyat, sementara Prabowo dicitrakan sebagai sosok pemimpin yang tegas.
"Karena itu, stop pencitraan! Lebih baik sekarang fokus sosialisasi dan kampanye program agar masyarakat tidak seperti memilih kucing dalam karung," tekannya.
Di sisi lain, Bagong mengimbau agar masyarakat harus cerdas dan jeli menilai sosok pemimpin sehingga tidak terjebak realitas yang semu. Masyarakat, kata dia, harus memilih pemimpin yang konsisten dan punya visi-misi yang jelas dalam membangun bangsa, dan yang terpenting bisa membawa perubahan bangsa ke arah yang lebih baik.
Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta ditetapkan oleh KPU sebagai peserta Pilpres 2014 melalui Surat Keputusan KPU Nomor 453/KPTS/KPU/2014 tentang Penetapan Capres dan Cawapres 2014. Keputusan dibuat setelah kedua kubu dinyatakan memenuhi 26 dokumen yang menjadi persyaratan pasangan calon. Dalam undian nomor urut, pasangan Prabowo-Hatta mendapat nomor urut 1, sementara Jokowi-JK nomor 2.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.