Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Mau Mati (Konyol) di Gunung!

Kompas.com - 27/12/2013, 15:25 WIB
Latief

Penulis

Kasus Shizuko Rizmadhani yang meninggal karena kehilangan suhu tubuh membuktikan, korban tidak siap mendaki kendati hanya ke Gunung Gede yang ketinggiannya hanya 3,019 meter di atas permukaan laut. Terlalu menganggap enteng?

Patut diduga, demikian! Terbukti, saat petugas SAR datang ke lokasi, korban sebelumnya telah mengalami kedinginan karena pakaiannya basah dan tak diganti. Apakah korban tidak membawa jaket? Baju ganti? Sleeping bag atau kantung tidur? Bagaimana dengan makanannya?

"Menurut rekan-rekanya, korban mulai kedinginan dari Senin (23/12/2013) malam, dan tim sudah berhasil mengevakuasi jenazah korban dari atas gunung," tutur Mahesa Vicky, tim sukarelawan dari Indonesian Green Ranger, yang ikut mengevakuasi.

Lalu, bagaimana dengan Endang Hidayat dan Gatot Handoko yang usianya jauh di atas Shizuko? Terutama dibandingkan dengan almarhum Endang, yang diketahui punya banyak pengalaman mendaki gunung-gunung di Indonesia.

Dian Wahyuni Khairunnisa (24, anak kandung Endang, bertutur, ayahnya merupakan pencinta alam sejak masih usia muda. Puluhan gunung, termasuk Puncak Jaya di Papua, pernah didakinya.

"Hobinya memang naik gunung," katanya di rumah duka, Jalan Carita C Nomor 199 Blok VII, RT 06 RW 08, Sepanjang Jaya Rawalumbu, Kota Bekasi, Kamis (26/12/2013) lalu. 

Dian mengatakan, hobi naik gunung itu menurun kepada anaknya yang nomor dua, yakni Danu Suwandana Saputra (28). Namun, baru kali ini anak dan bapak itu mendaki gunung bersama-sama. Pendakian itu memang permintaan Endang sendiri untuk bias mendaki bersama anaknya.

"Padahal itu sudah dilarang, tapi (Endang) tidak mau," tuturnya.

Nyatanya, musibah tak terelakkan. Endang meninggal sebelum menuntaskan pendakiannya ke Mahameru, nama Puncak Gunung Semeru di ketinggian 3,676 mdpl. Pun, begitu dengan Gatot. Puncak gunung tak diraihnya.
 
Tanpa bermaksud mengecilkan pengalaman pendakian mereka, dapat diduga, persiapan kedua korban, baik Endang maupun Gatot, memang minim. Adakah keduanya melakukan cek kesehatan sebelum melakukan pendakian? Seberapa rutin keduanya berlatih fisik? Maklum, kedua pendaki sudah tak muda lagi untuk mendaki gunung di usia yang masing-masing 53 dan 40 tahun. 

Tentunya, tidak ada orang yang mau mati konyol, mati sia-sia, di gunung. Seandainya kondisi terakhir kesehatan Endang dan Gatot diketahui lewat medical check-up, tentu ada kesempatan bagi mereka berdua mengurungkan niatnya hingga fisik mereka benar-benar siap untuk mendaki di lain hari.

Kini, nasi sudah jadi bubur. Ini sebuah pelajaran berharga, mengingat mendaki gunung sudah menjadi tren umum, bukan "eksklusif" milik kalangan pendaki atau pecinta alam saja. Jika pendaki yang muda-muda harus siap fisik dan peralatan, apalagi di usia 40 ke atas. Tanpa persiapan fisik prima, terlalu berisiko mendaki dalam cuaca ekstrim dan menguras tenaga. Risikonya, celaka dan berujung tewas sia-sia!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com