Pengungsi yang masih bertahan di barak, takut kembali ke Palue. Mereka memperkirakan, menjelang akhir tahun, Gunung Rokatenda bakal meletus lagi, seperti November dan Desember 2012. Apalagi ada ramalan dari badan vulkanologi setempat, gunung itu sewaktu-waktu akan meletus lebih dahsyat lagi.
Gaspar Ngaji (54), pengungsi asal Desa Lidi, Kecamatan Palue, di Maumere, Kamis (31/10/2013), mengatakan, sudah tiga bulan tinggal di lokasi pengungsian, dan terasa sangat membosankan. Tidak ada kepastian dari pemerintah, kapan mereka direlokasi ke tempat baru.
”Kalau tidak direlokasi, kami ingin pulang saja. Hujan sesaat saja barak terendam air, apalagi memasuki musim hujan nanti. Bayi dan anak di bawah usia lima tahun serta orang tua, tentu sangat menderita,” kata Ngaji.
Pengungsi yang nekat pulang ke Palue, tidak lagi memikirkan keselamatan pribadi. Mereka rata-rata orang tua yang ingin bekerja mengolah lahan dan menanam. Mereka tidak ingin tinggal di pengungsian lebih dari satu bulan. Anak dan orang tua dititipkan di Maumere, atau Ende.
Camat Palue Laurens Regi mengatakan, informasi dari masyarakat sudah ratusan pengungsi balik ke Palue, tetapi mereka tidak melapor ke kantor camat. Sebagian dari mereka masih pergi-pulang Maumere-Palue.
”Mereka itu petani. Saat ini masa persiapan lahan sehingga mereka pulang mengolah lahan. Mereka ingin punya jagung, padi, dan hasil pertanian lain yang nantinya untuk makan atau dijual. Mereka juga masih menyekolahkan anak di sekolah menengah dan perguruan tinggi,” kata Regi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTT Tadeus Tini mengatakan, 375 keluarga pengungsi yang ada di Transito Maumere sedang dalam proses pembangunan rumah baru di Nangahure. Sisa 575 keluarga yang masih bertahan di bekas kantor bupati Sikka. (KOR)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.