Penyebab itu terungkap ketika ayahnya, ES, secara tak sengaja membaca tulisan dalam buku harian siswi berusia 13 tahun. Di buku pribadi itu, siswi kelas VI SD itu dicium bibir oleh gurunya, AR, di kelas pada jam istirahat beberapa hari sebelumnya. Akhirnya SN berterus terang kepada sang ayah.
Berbekal diari itu, ES mendatangi sekolah anaknya dan meminta klarifikasi kepada guru yang bersangkutan dan kepala sekolah. Kedatangan Edy sungguh mengejutkan pihak sekolah. Sebab anaknya tidak pernah menceritakan perbuatan AR kepada guru lainnya.
Di hadapan wakil kepala sekolah yang bersangkutan, ES mendesak AR mengakui perbuatannya, meminta maaf, dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya. ES mengatakan, kelakuan AR membuat anaknya tidak betah di sekolah.
Namun AR menolak tuntutan ES, sekaligus membantah tuduhan yang dialamatkan padanya.
"Apa yang dikatakan SN semuanya bohong. Saya hanya ingin mengajarinya dan saya tidak pernah menciumi anak itu. Kalau saya mau berbuat mesum bukan dengan anak seperti dia, tetapi saya bisa melakukannya dengan anak yang sudah SMA," kilah AR.
Bagi ES, tidak masalah AR mengakui ataupun membantah tuduhan itu. Yang penting, ES menegaskan, pihak sekolah harus mengambil tindakan atas masalah yang dihadapi anaknya, agar kejadian itu tidak terulang.
"Anak-anak tidak mungkin berbohong. Karena rasa takutnya kepada saya, anak saya menuliskannya dalam diarinya dan tanpa ada siapapun yang menyuruhnya," ujar Edy.
Wakil kepala sekolah menyatakan akan menindaklanjuti laporan itu melalui rapat internal guru. Bahkan pihaknya akan menyampaikan persoalan tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan untuk mencari solusinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.