Salin Artikel

Teka-teki Dugaan Bunuh Diri Brigadir RAT

Brigadir RAT, anggota Polresta Manado, Sulawesi Utara, ditemukan tak bernyawa di kursi pengemudi mobil Toyota Alphard di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Kamis (25/04).

Mobil itu berada di halaman sebuah rumah dengan posisi sedikit membentur bagian depan mobil putih yang diparkir. Sabuk pengaman almarhum masih terpasang.

Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan menyebut ada luka tembak di bagian kepala korban – tepatnya di pelipis kanan yang menembus ke kiri. Keterangan pihak yang berwajib menyebut peluru yang menghabisi nyawa Brigadir RAT juga menembus atap mobil.

Senjata api jenis HS ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Ade Rahmat Idnal mengatakan kasus ini “bukan penembakan” melainkan “bunuh diri”.

“Iya, bunuh diri menembak kepalanya menggunakan senpi [senjata api],” ucap Ade Rahmat seperti dilansir kantor berita Antara pada Jumat (26/04).

Hingga Minggu (28/04), para petugas kepolisian masih keluar-masuk rumah di Jalan Mampang Prapatan yang menjadi saksi bisu detik-detik terakhir Brigadir RAT.

Kematian Brigadir RAT yang dinilai tidak wajar mengundang banyak misteri yang berbuntut spekulasi di khalayak.

Sempat muncul berita bahwa 15 CCTV di TKP mati – meski pemilik rumah dan aparat kemudian membantahnya. Terdapat pula perbedaan versi antara polisi dan keluarga tentang alasan Brigadir RAT, yang bertugas di Manado tetapi ditemukan tak bernyawa di Jakarta, berada di ibukota.

Ini bukanlah kejadian pertama anggota polisi ditemukan tewas dan kematiannya menimbulkan spekulasi.

Pada 22 September 2023, Brigpol Setyo Herlambang, ajudan pribadi Kapolda Kalimantan Utara Irjen Daniel Aditya Jaya, ditemukan tewas di dalam kamar di rumah dinas Kapolda. Sepucuk senjata api jenis HS ditemukan di sampingnya.

Pada 6 Februari 2023, jasad Bripka Arfan Saragih ditemukan di Desa Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Dia diduga bunuh diri dengan meminum racun sianida.

Sejumlah pengamat menyoroti pentingnya pihak polisi untuk mengusut tuntas kasus kematian Brigadir RAT ini.

Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto, misalnya, menyebut kasus meninggalnya anggota kepolisian seringkali berhenti di fokus penyebab kematian – bukan kepada motifnya.

Dia juga mengatakan publik juga akan menyoroti kasus kematian Brigadir RA karena kasus Ferdy Sambo masih melekat dalam ingatan mereka.

“Harus dibuka seterang benderang mungkin biar tidak muncul asumsi-asumsi liar. Masyarakat tentunya juga akan mencatat bagaimana kejadian kasus pembunuhan oleh Irjen Ferdy Sambo yang di awal juga disampaikan bahwa itu kasus bunuh diri, kemudian tembak menembak yang faktanya ternyata tidak demikian,” ujarnya kepada BBC News Indonesia.

Pada 8 Juli 2022, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau kala itu diketahui sebagai “Brigadir J” tewas di rumah salah satu pejabat Polri – belakangan diketahui sebagai Ferdy Sambo yang saat itu itu menjabat sebagai Kadiv Propam Polri.

Awalnya, Yosua disebut terlibat tembak menembak dengan Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E dan melecehkan Putri Chandrawati, istri Ferdy Sambo.

Kasus itu kemudian bergulir dan berujung kepada divonis matinya Ferdy Sambo setelah hakim menyatakan dirinya terbukti bersalah atas pembunuhan berencana terhadap Yosua.

Eliezer dan Putri juga dihukum penjara atas keterlibatan mereka dalam kasus itu.

Lucky Nurhadiyanto, kriminolog dari Universitas Budi Luhur, menggarisbawahi “bias di mata publik” mengingat semangat esprit de corps umumnya cukup mendominasi kasus yang melibatkan aparat penegak hukum.

“Kasus [Brigadir RA] dapat dipandang sebagai bentuk bunuh diri altruistik guna ‘menyelamatkan’ kepentingan pihak-pihak tertentu, bisa keluarga atau organisasi terlebih di tengah upaya perbaikan citra kepolisian sekarang ini,” ujarnya kepada BBC News Indonesia.

Toyota Alphard bernomor polisi B 1554 QH itu kemudian bergerak menyerong ke kanan dan membentur bagian depan mobil berwarna putih yang diparkir di sana.

Seorang saksi mata terlihat mendatangi mobil hitam itu dan mengecek bagian dalam mobil. Dia kemudian segera berlari tak lama setelah melihat sesuatu.

Tidak lama, orang-orang mulai mulai berdatangan mendekati mobil.

Menurut keterangan saksi mata, warga mendatangi lokasi kejadian setelah mendengar suara benturan mobil.

Saat mengintip ke dalam, Brigadir RAT ditemukan dalam kondisi tak bernyawa dengan luka di kepala. Posisinya berada di kursi pengemudi sebelah kanan.Sabuk pengaman almarhum masih terpasang.

Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan menyatakan luka tembak berada di pelipis kanan korban yang menembus ke kiri. Peluru yang menewaskan Brigadir RAT disebut menembus atap mobil.

Polisi menemukan senjata api jenis HS ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP).

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro mengonfirmasi Brigadir RAT adalah polisi yang berdinas di Polresta Manado.

Adapun waktu kejadian adalah Kamis (25/04) sore hari tepatnya pada pukul 18:25 WIB.

“Dari keterangan saksi dan juga barang bukti serta digital forensik yang kami dapatkan kami menyimpulkan dugaan sementara yang bersangkutan melakukan bunuh diri," ujar Bintoro seperti dilansir Antara.

Motif bunuh diri Brigadir RAT masih didalami. Kendati begitu, Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Ade Rahmat Idnal menyebutnya sebagai “masalah pribadi”.

Kesimpulan awal itu dicapai melalui olah TKP, pemeriksaan sebanyak 13 saksi, dan rekaman CCTV.

Hingga Minggu (28/04), para petugas kepolisian masih menginvestigasi TKP.

Bintoro kepada Kompas.com menyebut pihaknya akan merilis temuan lanjutan kasus pada Senin (29/04) ini meski waktunya belum dipastikan.

Pemilik rumah, Indra Pratama, mengonfirmasi Brigadir RA menginap di rumahnya dalam satu minggu terakhir. Indra yang seorang pengusaha mengaku mengenal Brigadir RT saat berkunjung ke Manado.

Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Henrikus Yossi mengonfirmasi pada Sabtu (27/04) bahwa keluarga Brigadir RAT telah menerima jenazah almarhum untuk kemudian diterbangkan ke Manado, Sulawesi Utara.

Pihak keluarga, menurut Yossi, tidak bersedia otopsi dilakukan terhadap Brigadir RAT.

“Hanya dilakukan pemeriksaan visum et repertum atau pemeriksaan luar tanpa dilakukan autopsi,” ujar Yossi kepada Antara.

Di sisi lain, penjelasan polisi mengenai alasan Brigadir RAT Tberada di Jakarta berbeda dengan keterangan keluarga.

Dikutip Tribunnews.com, Novita Husain, istri Brigadir RAT, mengutarakan alasan suaminya berada di ibukota: menjadi ajudan pejabat Polri.

Meski tidak menyebut nama pejabat yang dimaksud, Novita mengonfirmasi bahwa atasan suaminya adalah seorang polwan.

Novita menjelaskan Brigadir RAT sudah berada di Jakarta dalam beberapa bulan terakhir untuk pekerjaan. Dia mengaku suaminya sempat meneleponnya saat masih hidup dan mengaku “tidak nyaman” dengan pekerjaannya.

Novita dan Brigadir RAT dikaruniai tiga anak. Novita sendiri tidak percaya suaminya itu bunuh diri.

“Kasus [Brigadir RAT] dapat dipandang sebagai bentuk bunuh diri altruistik guna ‘menyelamatkan’ kepentingan pihak-pihak tertentu, bisa keluarga atau organisasi terlebih di tengah upaya perbaikan citra kepolisian sekarang ini,” ujarnya kepada BBC News Indonesia.

Lucky menambahkan bahwa kasus ini memiliki “kealpaan” berdasarkan dua aspek: perbedaan latar belakang keterangan dinas korban dan posisi korban yang justru tidak berada di lingkup kerja kepolisian.

Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto, menyebutkan beberapa contoh kejadian di mana anggota kepolisian meninggal dunia secara tidak wajar.

Beberapa kasus tersebut di antaranya adalah Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu yang tewas tertabrak kereta di Stasiun Jatinegara pada 1 Mei 2023.

Pada 22 September 2023, Brigpol Setyo Herlambang, ajudan pribadi Kapolda Kalimantan Utara Irjen Daniel Aditya Jaya, ditemukan tewas di dalam kamar di rumah dinas Kapolda.

Pada 6 Februari 2023, jasad Bripka Arfan Saragih ditemukan di Desa Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Dia diduga bunuh diri dengan meminum racun sianida.

Dalam kasus Brigadir RAT, pengamat Bambang Rukminto mengatakan profesi Brigadir RAT saat masih hidup – dilaporkan anggota satuan lalu lintas – berarti dirinya keluar wilayah saat kejadian.

Menurut Bambang, hal ini perlu diperdalam karena Brigadir RA tidak mungkin berada di luar wilayah tanpa seizin atasannya.

“Apalagi dia membawa senjata api. Sangat jarang sekali seorang anggota satuan lalu lintas membawa senjata api [dan] keluar wilayahnya. Dalam rangka apa? Makanya layak diusut kepemilikan senjata apinya,” ujarnya.

Bambang juga mengatakan publik juga akan menyoroti kasus kematian Brigadir RAT karena kasus Ferdy Sambo masih melekat dalam ingatan mereka.

“Harus dibuka seterang benderang mungkin biar tidak muncul asumsi-asumsi liar. Masyarakat tentunya juga akan mencatat bagaimana kejadian kasus pembunuhan oleh Irjen Ferdy Sambo yang di awal juga disampaikan bahwa itu kasus bunuh diri, kemudian tembak menembak yang faktanya ternyata tidak demikian,” ujarnya.

Terpisah, Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menyoroti adanya perbaikan dalam birokrasi dan administrasi Polri sehingga “pendekatan-pendekatan bawah tangan” atau faktor “kedekatan” untuk menghindari tugas yang berat ataupun sanksi menjadi tidak berlaku lagi.

“Misalnya saya sebagai anggota polisi [jika] dipindahkan ke daerah yang jauh, dulu saya bisa melakukan pendekatan sana-sini sehingga saya tidak jadi dipindahkan. Tentu itu perlu ada imbalan. Sekarang ini makin kecil kemungkinan itu, tertutup malah,” ujar Adrianus.

Adrianus berpendapat hal ini bisa menjadi faktor seseorang untuk mengambil jalan yang fatal, terlebih budaya polisi di Indonesia yang sangat memuja senjata.

“Senjata di laki-laki [seolah] menjadi istri kedua,” ujarnya.

Selain itu, Adrianus juga menyebut pandangan masyarakat yang cenderung menilai polisi sebagai “orang yang berpunya”. Hal ini, menurut Adrianus, juga bisa memberi tekanan terhadap anggota polisi.

“Kalau ada anggota polisi miskin itu, dianggap ‘bodoh’ dan ‘enggak bisa nyari proyek’. Itu bisa mengalami konflik peran,” sambungnya.

“Harus diutamakan profesionalitas atau scientific investigation dan mengurangi pemberitaan negatif terkait kasus ini dan sejenis, sisi individual maupun kelembagaan,” ujarnya kepada BBC News Indonesia.

“Simpang siur seperti ini harus dibuat clear [jelas] karena informasi di media sosial melebar. Jadi dalam hal tidak saja polisi yang turun tangan secara internal tapi lembaga eksternal pengawas kepolisian (Kompolnas) bisa ikut memberi penjelasan lebih akurat,” cetusnya.

Terpisah, pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menyebut rangkaian kejadian “bunuh diri” di unsur kepolisian (apabila terbukti bunuh diri) memperlihatkan adanya masalah dalam pembinaan mental yang harus dievaluasi.

“Kalau memang benar-benar ditemukan bunuh diri, ini penting sekali, Mereka ini dibiayai negara melalui APBN. Kalau kita membiayai personel yang memiliki mentalitas yang rapuh kan negara dirugikan. Makanya perlu dituntaskan,” ujar Bambang.

Di sisi lain, Bambang menyebut penting sekali bagi polisi untuk benar-benar menyelesaikan kasus ini dan diungkap secara “terang benderang”.

“Jangan sampai kasus ini berhenti hanya terkait kematian anggota polisi tetapi tidak memberikan dampak perbaikan kepada institusi kepolisian. Kalau itu bisa disampaikan dengan transparan tentunya bisa menjawab asumsi-asumsi di masyarakat,” ujarnya.

Di sisi lain, Lucky Nurhadiyanto, kriminolog dari Universitas Budi Luhur, mengakui adanya “dampak simalakama” bagi kepolisian dalam upaya memperdalam kasus kematian Brigadir RA.

“Jika lanjut pada tahap penyidikan maka diperlukan pengerahan sumber daya kepolisian yang optimal. Sedangkan jika kasus ini ditutup tentu akan menimbulkan ‘kecurigaan’ di masyarakat,” ujar Lucky.

“Tentu kedua sikap ini membutuhkan pertimbangan yang matang dari penyidik melalui keberadaan alat bukti yang cukup, sehingga pihak kepolisian mampu dengan bijak menyimpulkan dugaan bunuh diri atau pidana dalam kasus ini,” pungkasnya.

Jika Anda, sahabat, atau kerabat memiliki kecenderungan bunuh diri, segera hubungi dokter kesehatan jiwa di puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Anda juga dapat mencari informasi mengenai depresi dan kesehatan jiwa dengan mengontak sejumlah komunitas seperti LSM Into The Light melalui intothelightid.org dan Yayasan Pulih pada laman yayasanpulih.org.

https://regional.kompas.com/read/2024/04/30/122700178/teka-teki-dugaan-bunuh-diri-brigadir-rat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke