Salin Artikel

Curhat Porter Lansia di Bakauheni, Pemudik Ramai tapi Tak Ada yang Mau Dibawakan Barangnya

Dia berdiri seakan menyambut kedatangan para penumpang yang membawa kardus, tas ransel dan barang lainnya.

Saripudin menghampiri salah satu dari penumpang, menawarkan tenaganya untuk membantu membawakan barang mereka.

Tawaran Saripudin hanya dibalas lambaian tangan tanda penolakan dari sang penumpang.

"Penumpang ramai, tapi nggak ada yang mau (dibawakan barangnya)," kata Saripudin, Minggu (7/4/2024). Dia lantas duduk kembali di depan area check-in mandiri itu.

Pria kelahiran Serang (Banten) ini mengaku sudah lebih dari 30 tahun bekerja sebagai porter di Pelabuhan Bakauheni.

Saripudin menjadi saksi sejarah bagaimana perkembangan Pelabuhan Bakauheni hingga sudah modern sekarang ini.

"Dari awal nikah, mungkin 30 tahun lalu sampai sekarang masih (kerja) di sini," kata dia.

Warga Dusun Kenyayan ini mengatakan masih mampu mengangkat barang bawaan penumpang yang memiliki berat hingga puluhan kilogram.

"Ya paling kuat 30 kilo (kg) lah sekarang," kata dia.

"Sama saja (seperti hari biasa), paling banyak juga Rp 100.000. Penumpang ramai tapi bawaan sedikit. Kita kan nggak cari ramainya, tapi cari barangnya," kata Saprudin.

Porter lain bernama Misnan juga mengatakan penghasilan selama masa mudik tidak terpengaruh dengan ramainya penumpang.

Misnan mengatakan dalam sekali angkut dia biasa diberi uang jasa mulai dari Rp 10.000 - Rp 30.000.

"Ya namanya rezeki, kadang dapat kadang nggak dapat," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2024/04/07/154916078/curhat-porter-lansia-di-bakauheni-pemudik-ramai-tapi-tak-ada-yang-mau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke