Salin Artikel

Tradisi Ijtima' Ramadhan Jemaah Nahdatul Wathan Lombok, Sambut Malam Lailatul Qadar

Dari pantauan Kompas.com, jemaah terlihat berbondong-bondong masuk ke masjid untuk melaksanakan zikir dan doa dari para pemimpin agama yang disebut Tuan Guru.

Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) Maulana Syaikh Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani mengatakan, tradisi Ijtima merupakan tradisi yang sudah dilakukan sejak zaman ulama terdahulu.

Namun menurut Atsani, khusus untuk tradisi ijtima Ramadhan pertama kali digagas oleh kakeknya pendiri Nahdatul Wathan TGKH Zainuddin Abdul Madjid yang merupakan pahlawan nasional.

"Tradisi ijtima ini memang sudah muncul sejak zaman ulama sudah ada, dari zaman sahabat juga sudah ada, tapi kalau di Indonesia Nahdatul Wathan pertama kali melaksanakan ijtima. Bahkan beliau penggagas pertama ijtima Ramadhan," ungkap Atsani, Sabtu (6/4/2024).

Menurutnya, tadisi ijtima' ini merupakan tradisi menggelar doa dalam rangka menyambut malam Lailatul Qadar yang biasanya turun pada malam-malam ganjil di 10 malam terakhir Ramadhan.

"Kegiatan Ijtima' Ramadhan sesungguhnya adalah kegiatan memperkaya ibadah Ramadhan secara berjemaah untuk menyambut malam Lailatul Qadar," katanya.

Ijtima' Ramadhan ini kata Ataani dilaksanakan pada sore menjelang malam pada tanggal 25, 27, atau 29 Ramadhan. Para ulama meyakini 10 malam ganjil akhir Ramadan sebagai malam turunnya malaikat ke bumi.

Ijtima’ Ramadhan juga kesempatan bagi para guru dan murid di seluruh dunia dalam suasana ibadah Ramdhan yang agung.

"Ini acara pribadi para sufi pimpinan NW sekaligus acara resmi sebagai ajang persuaan murid sufi NW di seluruh dunia dalam ibadah Ramadhan Karim," ujarnya.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) Prof. Dr. TGH Fahrurrozi Dahlan mengatakan ada empat tradisi silaturahmi yang dilestarikan di Pondok Pesantren NW Anjani.

Pertama, kata Fahrurozi, silaturahmi pribadi dikhususkan untuk Maulana Syaikh Tsani Awwal yakni Syaikh Tuan Guru Kiyai Haji Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani.

"Terus ada silaturahmi selesai Ramadhan 1 Syawal semua murid mendatangi guru silaturahmi pribadi," kata Fahrurrozi.

Kemudian ada silaturahmi pendidikan. Tradisi ini dilakukan setelah semua murid masuk sekolah. Kemudian dilanjutkan silaturahmi internasional itu digelar dalam ultah Nahdatul Wathan Diniyah Islamiyyah.

"Nah untuk Ijtima' Ramadhan bagian silaturahmi antar guru dan murid. Di sana ada tradisi lontar uang. Jadi masyarakat yang tidak memiliki uang banyak ikut menyumbang sekecil apapun ke Ponpes NW, ada yang Rp 1.000, Rp 5.000, bahkan ada yang lebih," kata Fahrurrozi.

Filosofi lontar itu, kata Fahrurrozi, masyarakat yang menyumbang ke Pondok Pesantren minimal dapat nasib melontar jumroh di kota Mekkah ketika naik haji.

"Jadi itu salah satu motivasi lontar itu. Paling tidak ada budaya amal saleh," kata Fahrurrozi.

https://regional.kompas.com/read/2024/04/07/085736078/tradisi-ijtima-ramadhan-jemaah-nahdatul-wathan-lombok-sambut-malam-lailatul

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke