Salin Artikel

Duduk Perkara Pembunuhan Casis TNI AL, Keluarga Tertipu Ratusan Juta dan Terungkap Setelah 15 Bulan

Selama lebih dari setahun, keluarga mengira ia sedang menjalani pendidikan dan bertugas, lantas berulang kali mengirimkan uang pada penipu yang membunuhnya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Yanto Telaumbanua tersenyum saat mengingat polah adiknya, Iwan, di rumah.

Iwan, yang berasal dari Desa Lahusa Idanotae di Nias Selatan, Sumatra Utara, disebut kerap bertingkah seperti anak kecil.

"Misalnya nenek pulang dari ladang, dia selalu menggoda nenek dan menciumi pipi nenek serta bermanja-manja dengan beliau," kata Yanto pada wartawan Halbert Caniago yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Selasa (2/4/2024).

Hal yang sama pun kerap dilakukannya pada kakek, serta bapak dan ibunya.

"Kayak anak-anak dia."

Iwan, anak ketiga dari delapan bersaudara, juga disebut lihai mencairkan suasana.

Saat Yanto bertengkar dengan si sulung, misalnya, Iwan yang mendamaikan dengan sejumlah ledekan.

Kehangatan yang dibawa Iwan membuatnya mudah berteman dengan siapa saja.

"Adik saya itu orangnya tidak pernah bermasalah dengan siapa pun," kata Yanto.

Orang tua pun begitu sayang padanya. Apalagi, ia adalah anak penurut.

"Misalnya disuruh apa, langsung pergi dia," ujar Yanto.

Pada 16 Desember 2022, Iwan pergi meninggalkan rumah pada usia 21 tahun untuk mengikuti seleksi calon siswa bintara TNI Angkatan Laut di Padang, Sumatra Barat.

Keluarga bangga seraya berharap besar Iwan bakal jadi tentara. Yang tak mereka tahu, Iwan ternyata pergi selamanya.

Awalnya, Iwan Sutrisman Telaumbanua mendaftar menjadi calon siswa bintara TNI AL di Nias, Sumatra Utara, saat proses seleksi gelombang II dibuka pada Juli-Agustus 2022.

Ini adalah salah satu jalur rekrutmen TNI yang terbuka diikuti lulusan SMA. Mereka yang lolos seleksi mesti menjalani pendidikan di Sekolah Calon Bintara hingga lulus dan mendapat pangkat sersan dua.

Saat itu Antonius Paikan Telaumbanua, kakak Iwan, menghubungi kenalannya untuk membantu meloloskan Iwan. Kenalannya itu adalah Adan Adyan Marsal, sersan dua yang bertugas di Polisi Militer Pangkalan TNI AL Nias.

Adan menyanggupi, dengan syarat mendapat imbalan Rp200 juta.

Meski angka ini dirasa cukup besar, keluarga Iwan mengiyakan. Orang tua Iwan, yang sehari-hari bekerja sebagai petani, lantas menjual tanah dan mobil untuk membayar Adan secara bertahap.

"Bahkan itu ibunya punya penyakit sinusitis. Sempat kemarin mau berobat ke Medan, tapi demi biaya anaknya ini, ditundanya-lah dulu. Lebih penting mimpi anaknya," kata Yanikasi Telaumbanua, adik kandung ayah Iwan.

Namun, nyatanya Iwan tak lolos seleksi tersebut.

Uang Rp200 juta pun tak bisa dikembalikan Adan karena, menurut pengakuannya, sudah terpakai untuk judi online.

Adan memutar otak. Ia mengambil cuti pada 16-25 Desember 2022, lalu menjalankan tipu dayanya.

Ia menyarankan agar Iwan kembali mengikuti seleksi calon bintara di Padang, Sumatra Barat. Alasannya, Adan punya paman yang bertugas di sana dan dapat membantu meloloskan.

Di Padang, Iwan ditinggal di sebuah tempat kos, sembari Adan merencanakan aksi selanjutnya.

Selama di Padang, keluarga Iwan terus menanyakan kabar Iwan pada Adan.

Adan kemudian memberikan seragam tentara pada Iwan dan memintanya membotaki kepala. Adan mengambil foto Iwan dengan seragam tersebut, lalu mengirimkannya ke keluarga Iwan pada 22 Desember.

Pada pukul 23.00 WIB di hari yang sama, Iwan diperbolehkan menghubungi keluarganya melalui telepon video.

Saat itu, Iwan mengatakan ia akan memulai pendidikan esok subuh di Tanjung Uban, Kepulauan Riau.

Ia pun bilang ponselnya akan disita, sehingga ia tidak bisa dihubungi dalam jangka waktu tertentu.

Iwan tak tahu bahwa saat itu Adan tengah merencanakan pembunuhannya.

Adan sempat mengajak Thariq Muhammad Haikal, sepupunya, untuk berkomplot, tapi Thariq menolak.

Adan lalu beralih ke Muhammad Alfin Andrian. Alfin mengiyakan. Thariq dan Alfin adalah adik kelas Adan semasa SMA di Solok, Sumatra Barat.

"Adan mengiming-iminginya upah Rp 30 juta," kata Purwanto Hari Subekti, Kepala Polres Sawahlunto, Sumatra Barat, pada Selasa (2/4).

"Kepada Alfin, Adan menceritakan almarhum Iwan sebagai orang bermasalah di Angkatan Laut sehingga perintah dari komandan ia harus dimusnahkan. Kalau tidak, berbahaya kepada Adan."

Pada 24 Desember, Adan bersama Alfin membawa Iwan ke Sawahlunto menggunakan sebuah mobil sewaan. Rencananya, Iwan akan dihabisi di daerah Danau Biru.

Mereka sempat berputar-putar mencari daerah itu. Di tengah jalan, Iwan hendak buang air kecil, sehingga Adan berhenti di sebuah kebun pinus.

Adan putuskan itulah tempat yang tepat.

Adan memiting leher Iwan dari belakang, sementara Alfin menusuk perut Iwan dengan pisau hingga tiga kali.

Iwan tewas. Jasadnya lalu dibuang ke sebuah jurang di daerah Talawi, Sawahlunto.

Pada April 2023, misalnya, Adan meminta keluarga Iwan menyiapkan dua ekor burung murai batu untuk "pamannya" di Padang. Keluarga menyanggupi, dan membeli dua burung berkicau merdu itu dengan harga Rp14 juta.

Selain itu, pada September tahun yang sama Adan bahkan sempat menyuruh keluarga Iwan datang menghadiri "pelantikan Iwan" di Tanjung Uban, yang disebut akan berlangsung pada Oktober.

Untuk menghadiri pelantikan, keluarga Iwan diminta membayar Rp3,7 juta.

Empat perwakilan keluarga Iwan sempat datang ke Tanjung Uban pada 3 Oktober. Namun, Adan bilang pelantikan ditunda hingga waktu yang tak tentu.

Ia juga sempat mengatakan bahwa Iwan sulit ditemui karena terpilih menjadi anggota pasukan khusus marinir.

Alhasil, keluarga Iwan pulang ke Nias Selatan pada 15 Oktober.

Pada Februari 2024, keluarga Iwan menemui Adan dan menanyakan lagi kabar Iwan.

Saat itu, Adan meminta uang pulsa Rp1,45 juta untuk menghubungi temannya di satuan pendidikan. Keluarga kembali mengiyakan.

Sejak Juli 2022 hingga Februari 2024, Adan disebut telah meminta transfer uang dari keluarga Iwan sebanyak setidaknya 45 kali.

Total uang yang disetor ke Adan diperkirakan mencapai sekitar Rp240 juta.

Adan lalu diperiksa. Meski sempat membantah, ia akhirnya mengakui kejahatannya dan ditahan sejak 28 Maret 2024.

Muhammad Alfin Andrian yang mengeksekusi pembunuhan Iwan pun ditangkap pada 29 Maret 2024.

Dalam prosesnya, penyidik juga memeriksa keterangan Thariq Muhammad Haikal, sepupu Adan.

Polisi lantas mencocokkan informasi terkait Iwan dengan data mayat misterius - kerap disebut Mr. X - yang ditemukan di Sawahlunto pada 30 Desember 2022. Mayat itu telah dikubur dinas sosial setempat beberapa hari setelah penemuan.

"Setelah dicocokkan dan [berdasarkan] pengumpulan data korban, mayat Mr. X diduga kuat adalah saudara Iwan Sutrisman Telaumbanua," kata Syufenri, Komandan Pangkalan Utama TNI AL II Padang, saat jumpa pers pada Selasa (2/4).

Proses hukum Adan sebagai tentara sersan dua atau serda ditangani Detasemen Polisi Militer Pangkalan Utama TNI AL II Padang. Untuk Alfin sebagai warga sipil, prosesnya ada di bawah Polres Sawahlunto, Sumatra Barat.

Adan dijerat pasal KUHP berlapis, termasuk tentang penipuan, pembunuhan, dan menyuruh orang lain melakukan tindak pidana.

"Dengan ancaman hukuman mati, atau pidana seumur hidup, atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun penjara," kata Syufenri.

Keluarga Iwan, yang sangat percaya dan bahkan sempat menganggap Adan seperti "anak sendiri", begitu terpukul dengan kejadian ini.

"Biar diberikan hukuman seberat-beratnya pada serda Adan," kata Yanto Telaumbanua, kakak Iwan.

Syufenri, Komandan Pangkalan Utama TNI AL II Padang, mengambil contoh dari kasus Iwan Sutrisman Telaumbanua.

Bila memang ada praktik suap di tubuh TNI AL, kata Syufenri, seharusnya Iwan bisa lolos seleksi calon siswa bintara setelah keluarganya memberikan uang pada sersan dua Adan Adyan Marsal.

Namun, yang terjadi sebaliknya. Adan justru disebut "kehilangan akal sehat" karena tak bisa menemukan saluran untuk meloloskan korban dengan bantuan uang.

"Ini menegaskan bahwa TNI Angkatan Laut tidak memungut biaya dalam rekrutmen," kata Syufenri.

"Dengan uang sebesar itu, tentunya kalau memang dipungut biaya tentunya bisa diterima. Ternyata tidak."

Karena gagal meloloskan Iwan, Adan akhirnya melempar kebohongan demi kebohongan, termasuk soal "pamannya" di Padang yang disebut bisa membantu.

"Jadi, murni penipuan," tegas Syufenri.

"Yang katanya pamannya Angkatan Laut, setelah kami selidiki tidak ada nama-nama tersebut. Saya yakinkan juga tidak ada oknum angkatan lainnya ikut serta dalam kasus ini."

Meski begitu, Trubus Rahadiansyah, pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, mengatakan perilaku koruptif seperti sogok-menyogok memang telah "mendarah daging" dan menjadi "rahasia umum", terutama dalam hal rekrutmen aparatur sipil negara (ASN), TNI dan Polri.

Salah satu alasan praktik semacam ini terus terjadi adalah karena "pasarnya" ada, kata Trubus.

Maksudnya, banyak orang dengan mudahnya tergiur mencari jalan pintas untuk menjadi ASN atau anggota TNI dan Polri karena posisi itu menghadirkan status sosial dan privilese tersendiri.

"Orang Indonesia ini kan maunya hidup enak, kaya [dengan cara cepat]," kata Trubus.

"Makanya perilaku koruptif itu menjadi budaya."

Di sisi lain, tambahnya, pengawasan penyalahgunaan wewenang di administrasi pemerintahan, misalnya yang dilakukan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), juga tidak berjalan dengan baik.

"Itu kan nggak mungkin 'jeruk minum jeruk' masalahnya. Jadi bahasanya itu mereka tidak melakukan apa pun," kata Trubus.

Akhirnya, praktik sogok-menyogok seakan jadi lumrah, dan membawa korban jiwa seperti Iwan.

Kira-kira sebulan sebelum Iwan berangkat dari Nias Selatan ke Padang, ia sempat mengunggah foto di akun Facebook-nya dengan keterangan: "Masih percaya pada hari-hari yang baik."

Kepercayaan itu, tampaknya, mesti diiringi pula dengan kewaspadaan.

Wartawan Halbert Caniago di Sumatra Barat berkontribusi di liputan ini.

https://regional.kompas.com/read/2024/04/04/055000878/duduk-perkara-pembunuhan-casis-tni-al-keluarga-tertipu-ratusan-juta-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke