Salin Artikel

Marbut Masjid adalah Jawaban Doa Said Usai Kehilangan Pekerjaan karena Pandemi

Saat itu jemaah masjid telah selesai melaksanakan shalat Ashar.

Namun, Said masih hilir mudik mempersiapkan kebutuhan jemaah yang akan melaksanakan shalat jenazah lantaran ada warga yang meninggal dunia.

Said bertugas menjadi seorang marbut di Masjid Agung Nurul Huda yang terletak di di sebelah Kesultanan Sumbawa, yaitu Istana Tua Dalam Loka.

Masjid yang sudah berdiri sejak masa Kesultanan Sumbawa itu memiliki sejarah panjang sebagai pusat keagamaan di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Masjid memiliki berbagai program untuk melayani jemaah, salah satunya adalah layanan ambulans gratis untuk mengantar jenazah warga.

“Selain sebagai marbut. Saya punya tugas lain yaitu sopir ambulans yang mengantar jenazah warga usai dishalatkan di sini,” kata Said.

Said sudah bertugas menjadi marbut masjid selama tiga tahun. Tak pernah terbesit di benaknya bisa menjalani pekerjaan mulia tersebut dan mampu bertahan sampai sejauh ini.

Semuanya berawal saat pandemi Covid 19 pada akhir 2020.

"Awalnya saya jualan es buah dan es rumput laut di samping masjid ini, tetapi karena Covid 19 ada pembatasan sosial dan jualan saya jadi sepi. Pemerintah juga melarang aktivitas penjualan saat itu, sering ada razia Pol PP. Jadi, saya berhenti jualan,” kenang Said.

Kala pandemi, ia kehilangan pekerjaan karena tidak bisa berjualan lagi.

Untuk mengisi waktu luang di sela kegiatan shalat lima waktu, ia sering membantu membersihkan masjid.

“Saya sempat putus asa, waktu itu saya pengangguran dan tidak ada pemasukan.
Saya lebih sering itikaf di masjid, bermunajat kepada Allah. Saya berdoa semoga diberikan jalan terbaik. Alhamdulillah, doa dikabulkan," kata dia.

Karena sering bantu membersihkan masjid, pengurus (masjid) mengajaknya menjadi marbut.

Ketika itu ada marbut paling senior berusia 70 tahun dan sedang sakit. Said menggantikan marbut senior tersebut untuk melayani jemaah.

Said mengatakan di masjid tersebut, total empat marbut.  Dia bertugas membersihkan masjid dan mengatur letak kotak amal.

Said juga bertugas membersihkan toilet, tempat wudhu, serta menjaga masjid saat malam hari.

Said mengakui saat bulan ramadhan aktivitasnya sebagai marbut sama seperti hari biasa. Namun, ia akan lebih sibuk untuk membersihkan masjid saat hari Jumat.

“Jemaah di hari Jumat lebih banyak dari hari biasa, jadi lebih ekstra untuk bersih-bersih saja,” ucapnya.

Sebagai marbut, ia mendapatkan upah Rp 1 juta per bulan dari kas masjid.

Selain itu, Said juga mendapatkan insentif dari program bupati dan wakil bupati Sumbawa sebesar Rp 250.000 per bulan. Namun, pencairannya setiap tiga bulan sekali.

Uang itu digunakan untuk kebutuhan hidup istri dan satu anaknya.

“Alhamdulillah dari insentif itu selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan,” sebutnya.

Ia mengakui sang istri sempat ingin berjualan es buah lagi setelah pandemi Covid 19 berakhir.

Namun ia mengatakan bahwa rezeki yang sudah ada saat ini sudah cukup untuk membiayai kehidupan mereka.

“Kalau jualan pemasukan bertambah, dan pengeluaran juga bertambah. Jadi saya ajak istri bersyukur saja dengan rezeki ini. Semua tergantung dari syukur. Jika kita merasa cukup, maka Allah pasti cukupi rezeki yang halal dan berkah,” jelasnya.

Said juga memiliki pekerjaan tambahan sebagai sopir pribadi bagi jemaah yang meminta diantar ke luar kota atau ke acara tertentu.

Dari upah menjadi sopir serabutan tersebut, ia bisa menambah penghasilan.

“Lumayan nambah pemasukan, bisa nabung Rp 200.000 sampai Rp 300.000. Beruntung saya bisa bawa mobil, jadi ada pekerjaan tambahan. Tetapi pekerjaan tersebut saya ambil ketika sedang tidak ada jadwal piket sebagai marbut,” papar Said.

Said tinggal di Kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa. Jarak rumahnya dengan masjid sekitar enam menit.

“Kadang jalan kaki dan pakai motor juga menuju masjid,” katanya.

Said berharap amal ibadahnya sebagai marbut bisa mengantarnya ke surga.

“Saya ingin sukses dunia dan akhirat, semoga pekerjaan marbut ini mengantarkan saya ke surga,” harapnya.

Program bupati

Bupati dan wakil bupati Sumbawa memiliki program unggulan yaitu insentif bagi penjaga rumah ibadah dan guru mengaji di TPQ.

“Iya, ada insentif bagi marbut masjid program unggulan Bupati dan Wakil Bupat,” kata Kabag Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Sumbawa, Evi Supiati.

Ia menyebutkan, untuk insentif bagi penjaga rumah ibadah yaitu semua pengurus masjid sebesar Rp 250.000 di tingkat Kabupaten yaitu masjid Agung Nurul Huda Sumbawa.

“Kalau masjid Agung Nurul Huda semua pengurus dapat SK Bupati karena itu masjid Kabupaten jadi semua dapat insentif,” jelas Evi.

Sedangkan, untuk 24 masjid di tingkat kecamatan, masing-masing sebesar Rp 150.000 untuk imam dan marbut masjid.

“Karena di Kecamatan Sumbawa adalah pusat pemerintahan jadi ada tiga masjid yang dapat insentif antara lain masjid Darussalam Brang Biji, masjid Al-Falah Kelurahan Lempeh dan masjid Abdul Hakim Kelurahan Bugis. Sedangkan di luar kecamatan Sumbawa masing-masing satu masjid di 24 jumlah kecamatan,” pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/25/062923578/marbut-masjid-adalah-jawaban-doa-said-usai-kehilangan-pekerjaan-karena

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke