Salin Artikel

Menilik Masjid Saka Tunggal di Kebumen, Simbol Perlawanan kepada Penjajah, Kini Berusia Lebih dari 300 Tahun

Masjid ini memang memiliki keunikan tersendiri. Umumnya masjid biasanya ditopang oleh empat tiang atau saka sebagai penyangga utama bangunan.

Namun, sesuai namanya, Masjid Saka Tunggal ini hanya ditopang oleh satu saka saja.

Meski telah banyak mengalami perbaikan dan renovasi terutama pada dinding dan lantai masjid, namun saka tunggal yang menjadi ikon masjid tersebut masih kokoh berdiri hingga saat ini.

Saka tunggal sebagai penopang utama bangunan ini berbentuk balok dengan ukuran 30x30 sentimeter. Saka tunggal tersebut menjulang ke atas sekitar 4 meter tingginya.

Di ujung atas saka tersebut terdapat 4 buah kayu melintang sebagai penyangga utama bangunan masjid tersebut.

Sementara, di tengah-tengah saka terdapat 4 buah danyang atau skur untuk membantu menyangga kayu-kayu yang ada di atasnya.

Eko Prasetyo, sekretaris desa setempat menjelaskan, masjid tersebut didirikan pada tahun 1722.

Masjid ini merupakan bukti perjuangan masyarakat terhadap penjajahan Belanda kala itu. Selain itu, sejarah masjid ini juga tidak terlepas dari sejarah Kabupaten Kebumen.

Dari kisah yang ada saat itu, Kertowecono III yang menjabat sebagai adipati, diminta kembali ke Keraton Surakarta untuk menjadi Patih dengan gelar Adipati Mangkuprojo sekitar tahun 1719 M.

“Masjid ini bukti perjuangan masyarakat terhadap penjajahan Belanda waktu itu, dan tidak terlepas dari sejarah Kabupaten Kebumen," kata Eko, Minggu (17/3/2024)

Eko menuturkan, sebelum wafat, Adipati Mangkuprojo sempat berwasiat ketika meninggal untuk dimakamkan di Desa Pekuncen dan minta dibangunkan sebuah masjid, yang saat ini disebut dengan nama Masjid Saka Tunggal.

Saka Tunggal juga mengandung makna, sebagai tempat untuk meyakini bahwa Allah SWT itu Tunggal atau Esa.

Sedangkan dalam kaitannya dengan sejarah perjuangan, masjid itu juga sebagai simbol satu tekad untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

“Satu saka atau satu tiang penyangga ini melambangkan ke-Esaan Allah SWT," imbuh dia.

Sementara itu, Kades Pekuncen, Hasto Nugroho megatakan, masjid ini merupakan peninggalan purbakala yang harus dijaga kelestariannya.

Menurutnya, guna mejaga peninggalan sejarah ini perlu adanya hubungan yang harmonis antara ulama dan umaro yang hingga saat ini masih terjaga kondusif.

"Masjid ini merupakan peninggalan yang harus kita jaga dan lestarikan," ungkap dia.

Sebagai tempat ibadah yang memiliki nilai sejarah, suasana Masjid saka tunggal ini masih tetap terjaga keasliannya, meskipun pernah direnovasi sekitar tahun 1922 dan ada beberapa bangunan tambahan untuk melengkapinya.

Namun, tidak merubah bentuk dan ukuran bangunan intinya.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/17/120518878/menilik-masjid-saka-tunggal-di-kebumen-simbol-perlawanan-kepada-penjajah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke