Salin Artikel

Catat 22 Kasus DBD di Solo, Dinkes: Tak Ada Kematian

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Kota Solo, Setyowati mengatakan, kasus DBD tersebut tersebar di seluruh kecamatan di Solo. Tidak ada kematian dalam kasus tersebut.

"Sampai minggu ke-9 atau sampai hari ini kasusnya 22 orang. Tidak ada kematian," terang Setyowati saat dihubungi Kompas.com, Kamis.

Menurut dia, dari 22 kasus DBD tersebut sebagian besar terjadi pada anak-anak.

"Ada dewasa. Cuma yang lebih banyak terkena anak-anak. Kalau sudah DBD biasanya kita rawat di rumah sakit. Laporannya dari rumah sakit," ungkap dia.

Menurut dia, nyamuk penyebab DBD ini suka dengan air bersih untuk berkembang biak. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) perlu dilakukan agar nyamuk ini tidak berkembang biak.

"Pertumbuhan nyamuk ini lebih tinggi. Kalau PSN-nya baik jentik-jentik ini bisa diberantas dulu sebelum jadi nyamuk. Jadi bisa terkendali kasusnya," ungkap dia.

Pihaknya mengimbau, masyarakat menghindari penggunaan obat pembunuh jentik nyamuk (abate) karena mengandung kimia.

Begitu juga dengan pengasapan dengan bahan insektisida atau fogging untuk membunuh nyamuk.

Fogging justru akan membuat nyamuk resisten (kebal dan tak mati karena fogging).

"Fogging tidak kita sarankan. Karena ada kriterianya. Jadi kalau belum ada kriterianya kita tidak sarankan. Nyamuknya nanti malah jadi tidak sensitif. Dampaknya tidak bagus kalau sering di-fogging," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/07/190337378/catat-22-kasus-dbd-di-solo-dinkes-tak-ada-kematian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke