Salin Artikel

Perjuangan Hamidah demi Mencoblos, Jalan Kaki 5 Km dari Malaysia ke TPS Sebatik

Hamidah yang sudah 20 tahun tinggal dan bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit di Malaysia, datang bersama suami, anak menantu dan saudaranya.

Demi mencoblos, Hamidah rela berjalan kaki melewati jalan setapak di tengah perkebunan kelapa sawit.

Ia baru bisa sampai di Pulau Sebatik, setelah berjalan sepanjang 5 Km atau lebih 2 jam menyusuri jalanan kecil yang becek saat hujan.

"Kita warga Indonesia, harus ikut pemilu," ujarnya, Rabu (14/2/2024).

Dia mengaku sudah biasa berjalan kaki ke Sebatik meski terkadang naik sepeda motor. 

"Kami biasa ke Sebatik dengan berjalan kaki atau naik motor berboncengan. Biasanya kalau bahan dapur habis atau ada kebutuhan mendesak,’’ tutur Hamidah.

Hamidah berharap suaranya bisa mewujudkan harapannya dan mimpi keluarganya yakni memiliki Presiden yang bisa mensejahterakan rakyatnya.

Hamidah menuturkan, hidup di Kampung Pisak Pisak, Malaysia, bukan hal mudah. Setiap hari, mereka hanya berpikir kerja agar mendapat banyak uang.

Mereka tidak mendapatkan bantuan sosial (bansos) layaknya WNI kurang mampu pada umumnya.

"Kami ingin memiliki Presiden yang mampu mensejahterakan rakyatnya,"tegasnya.

Hamidah dan keluarga kecilnya, merupakan satu contoh WNI yang bermukim lama di wilayah perbatasan RI - Malaysia. Nama nama mereka didata saat coklit Pemilu.

"Sebenarnya mereka tidak tinggal menetap, hanya kerjanya saja di sana,"kata Sunardin.

Para WNI tersebut, tak pernah absen mencoblos. Meski jarak menuju Sebatik dari Perkampungan Pisak Pisak ditempuh dengan waktu lebih 2 jam.

ara WNI selalu ditanamkan arti penting suaranya untuk menentukan presiden RI.

"Jadi mereka kalau masuk Sebatik biasa untuk belanja bahan pangan dan kebutuhan lain. Yang khusus masuk Sebatik untuk tujuan mencoblos ya pas Pemilu saja,"kata Sunardin.

Sebenarnya, ada beberapa TPS yang juga menjadi tempat WNI yang bermukim di Malaysia menyalurkan hak suaranya.

Kendati data mereka masuk dalam coklit dan terdata sebagai DPT di sejumlah TPS, Sunardin yakin masih banyak WNI di beberala lokasi di Malaysia yang belum terdata.

"Makanya kalau ditanya jumlah pastinya berapa, kita tidak tahu pasti. Kita sama tahu kalau cara masuk mereka juga tidak pakai pasport dan datanya sulit dipastikan,"tegas Sunardin.

https://regional.kompas.com/read/2024/02/14/190855778/perjuangan-hamidah-demi-mencoblos-jalan-kaki-5-km-dari-malaysia-ke-tps

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke