Salin Artikel

Ada Jejak "Raja Gula" di Kelenteng Tertua Pecinan Semarang

Kelenteng yang berada di Jalan Wotgandul Timur Nomor 38, Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah itu merupakan kelenteng paling tua di pecinan Semarang. 

Meski ukurannya tak sebesar yang lain, kelenteng tersebut menjadi saksi biksu awal mula keberadaan warga Tionghoa di pecinan Semarang.

Ketua Yayasan Kelenteng Siu Hok Bio, Lie Gei Hong (73), mengatakan, kelenteng tersebut sudah berdiri sejak 1416. Keberadaan Kelenteng Siu Hok Bio menjadi pertanda keberadaan warga Tionghoa di pecinan. 

"Sebelumnya orang Tionghoa itu ada di kawasan Sam Poo Kong (Gedung Batu)," jelasnya saat ditemui Kompas.com di Kelenteng Siu Hok Bio, Minggu (4/2/2024). 

Berdasarkan arsip yang dia peroleh, keberadaan Kelenteng Siu Hok Bio di pecinan Semarang juga ada campur tangan Oei Tjie Sien. 

Bagi warga Semarang, nama Oei Tjie Sien sudah tak asing. Oei Tjie Sien merupakan ayah Oei Tiong Ham yang dijuluki sang 'Raja Gula' terbesar di Dunia. 

"Yang bawa patung dewa ke Kelenteng Siu Hok Bio itu Oei Tjie Sien," kata dia. 

Oei Tjie Sien membawa patung dewa menggunakan perahu dari China ke Kota Semarang. 

Sejak pertama kali berdiri, kelenteng tersebut berukuran tidak terlalu besar. Luasan bangunannya hanya sekitar 9×25 meter. 

Saat ini kelenteng Siu Hok Bio diapit ruko besar dan masuk ke dalam cagar budaya. Bentuk bangunan tidak banyak berubah walaupun ada beberapa yang sudah direnovasi. 

"Yang sering direnovasi bagian lantai, sudah tiga kali. Sebelum pakai granit Italia dulu lantainya itu pasir semen warna merah," kenangnya. 

Tempat ibadah pertama 

Pemerhati Sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono, turut membenarkan bahwa kelenteng tertua di pecinan adalah Siu Hok Bio.

Kelenteng tersebut menjadi tempat ibadah pertama orang Tionghoa setelah dipindahkan ke kawasan pecinan. 

"Tay Kak Sei malah nomor ketiga kelenteng tertua di pecinan, sedangkan yang kedua itu kelenteng yang berada Gang Gambiran," beber Johanes. 

Dulunya, warga Tionghoa dipindahkan oleh Belanda dari Gedung Bati ke kawasan yang saat ini menjadi pecinan agar pengawasnya itu lebih mudah. 

"Jadi dulu orang-orang Eropa itu ada di dalam kota, sekarang Kota Lama. Sementara orang Tionghoa ada di luar," imbuhnya. 

https://regional.kompas.com/read/2024/02/05/071348678/ada-jejak-raja-gula-di-kelenteng-tertua-pecinan-semarang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke