Salin Artikel

Kisah Kelompok Disabilitas Lindungi Mata Air di Pegunungan Batulanteh Sumbawa

Kini, wilayah itu sudah banyak ditanami tanaman semusim seperti jagung dan bawang merah.

Sementara itu jumlah pohon di kawasan konservasi dan perhutanan sosial itu terus berkurang setiap tahun.

Dengan langkah tertatih, ia menuruti bukit yang curam. Ia pantang menyerah untuk menanam pohon.

"Fisik saya tidak kuat. Tapi saya berusaha menuruti bukit terjal ini untuk menanam pohon," kisah Hadijah.

Sebagai Ketua Forum Disabilitas Sarea, ia menginisiasi penanaman bibit sebanyak 1.500 pohon.

Menurutnya, langkah kecil itu sebagai upaya nyata menjaga kawasan penyangga mata air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batulanteh.

“Apa yang kami lakukan hari ini sebagai langkah kecil untuk menjaga kawasan mata air kami di DAS Batulanteh. Desa Batu Dulang ini sebagai salah satu kawasan strategis,” kata Hadijah, Selasa (30/1/2024).

Ia mencoba memotivasi warga di sekitar Pegunungan Batulanteh bahwa hambatan tidak jadi pantangan dalam pelestarian alam.

Desa Batu Dulang merupakan bagian dari desa-desa yang berada di kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Batu Lanteh.

Luas KPH Batu Lanteh 32.776 hektar mencakup empat kecamatan, yakni Batulanteh, Moyo Hulu, Moyo Hilir dan Moyo Utara.

Luasan itu terbagi atas hutan lindung (14.303 hektar), hutan produksi (14.842) dan hutan produksi terbatas (3.631 hektar).

Di bawah Desa Batu Dulang terdapat Taman Wisata Alam (TWA) Semongkat yang menjadi sumber air bersih untuk daerah pusat pemerintahan Sumbawa.

Ia sadar dengan posisi strategis Desa Batu Dulang. Jika kondisi lingkungan Desa Batu Dulang rusak, sumber air bersih akan terganggu, demikian pula dengan iklim mikro.

"Lihat kemiringan bukit-bukit di sini, ini rawan longsor. Kalau habis pohon penyangga, mudah sekali jatuh," kata Hadijah menunjukkan bukit yang terlihat baru dibersihkan.

Hal senada disampaikan Wakil Ketua Forum Disabilitas Sarea, Muhammad Imran.

Ia mengatakan, kegiatan penanaman pohon sebagai langkah nyata yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak laju perubahan iklim.

Sebagai penyandang disabilitas netra, ia merasakan dampak perubahan iklim dalam kehidupan sehari-hari.

“Kita sudah merasakan dampak perubahan iklim yaitu El Nino dengan cuaca ekstrem kekeringan maupun banjir sehingga upaya penanaman pohon perlu digalakkan untuk mengurangi dampak pemanasan global,” ujar Imran.

Menurutnya, kelompok disabilitas paling terdampak ketika terjadi bencana hidrometreologis akibat perubahan iklim.

“Kami rasakan dampak yang luar biasa dari cuaca yang tidak menentu kadang panas dan hujan jarang turun sehingga kekurangan air bersih dan lain-lain,” katanya.

Forum Disabilitas Sarea bekerja sama dengan Forum Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (PSDAT), Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sumbawa dan Plan International Indonesia (YPII) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batulanteh Desa Batu Dulang Selasa (30/1/2024).

Kegiatan ini didukung Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB, Pemerintah Desa Batu Dulang, Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia, KPHP Batulanteh, dan masyarakat setempat.

Kepala Dinas LHK NTB, Julmansyah menyampaikan, penanaman pohon adalah bentuk amal yang tak terbilang bagi kehidupan generasi ke depan.

“Sebagaimana kita ketahui bersama saat ini kita alami perubahan iklim. Penanaman pohon berfungsi sebagai pabrik oksigen." 

"Pasalnya saat siang hari pohon menyerap korban dan melepas oksigen sehingga penanaman pohon membantu makhluk lainnya mendapatkan oksigen untuk bernapas,” kata Julmansyah.

Tidak ada cara lain yang bisa dilakukan, sambungnya, untuk mengurangi laju perubahan iklim. Perlu penanaman pohon (reboisasi) dan mengurangi penebangan.

Selain itu, Batu Dulang merupakan habitat lebah madu Sumbawa yang jadi ikon madu Sumbawa sehingga pohon berfungsi sebagai sumber makanan bagi lebah.

“Bisa dibayangkan bapak ibu, jika tidak ada pohon maka tidak ada lagi madu hutan Sumbawa,” sebut Julmansyah.

Ia menjelaskan, tanaman jagung tidak cocok ditanami di daerah dataran tinggi 1.000 Mdpl seperti kawasan DAS Batulanteh khususnya Batu Dulang.

Oleh sebab itu, ia mengimbau petani di kawasan hutan masyarakat agar menanam pohon-pohon yang bisa mendatangkan nilai ekonomis contoh buah-buahan jenis durian, klengkeng, matoa, kemiri, alpukat dan lain-lain.

Hal itu karena produksi jagung cocoknya di wilayah panas sementara wilayah tersebut dingin.

“Batu Dulang lebih cocok ditanami pohon-pohon yang bisa dipetik buahnya. Mari kita menanam dan menjaga pohon ini sampai tumbuh dengan baik. Harapan ke depan Batu Dulang menjaga kawasan sentra buah,” harapnya.

Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa, Wahyu Indra Jaya ST mengatakan, forum disabilitas Sarea merupakan salah satu mitra strategis pemerintah daerah dan Yayasan Plan Internasional Indonesia dalam keanggotaan Forum Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDAT).

“Penanamam pohon hari ini diinisiasi oleh Forum Disabilitas Sarea dan Forum PSDAT,” kata Wahyu.

Tentu langkah ini sebagai upaya bersama lintas sektor kolaborasi pentahelix mendorong pencapaian sanitasi total berbasis masyarakat yang berkesetaraan gender, inklusi sosial dan ketahanan iklim di Kabupaten Sumbawa.

“Penyandang disabilitas tidak hanya menjadi obyek pembangunan namun menjadi subjek dalam pembangunan di berbagai tingkatan sehingga pembangunan yang inklusif dan berkeadilan gender dapat tercapai," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2024/01/30/185711478/kisah-kelompok-disabilitas-lindungi-mata-air-di-pegunungan-batulanteh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke