Salin Artikel

Kagum Pembuatan Gerabah di Klaten Masih Manual, Puan: Memang Harus Kita Lestarikan

Salah satunya mengunjungi tempat perajin gerabah di Desa Melikan, Kecamatan Wedi.

Puan merasa kagum dengan pembuatan gerabah yang dilakukan para perajin di Desa Melilan masih manual.

"Kita sama-sama melihat apa yang dilakukan oleh perajin gerabah ini masih dilakukan secara manual. Semuanya itu betul-betul dibikin pakai tangan dengan putaran miring juga putaran yang tegak. Memang ini satu kampung masih membuat gerabah yang dilakukan secara manual," kata Puan di Klaten, Jawa Tengah, Selasa.

Puan juga menyampaikan proses pembakaran gerabah masih dilakukan menggunakan kayu bakar. Proses pembakarannya membutuhkan waktu 10 sampai 12 jam.

Perlu diketahui, pembuatan gerabah di Desa Melilan telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda UNESCO. Sehingga harus dilestarikan.

"Ini satu hal yang memang harus kita lestarikan. Ini merupakan salah satu budaya bahkan ini tadi disampaikan sudah masuk warisan budaya tak benda dari UNESCO yang memang dilestarikan," ungkap dia.

Lebih jauh, Puan menyampaikan kedatangannya ke Klaten untuk memberikan dukungan kepada para perajin gerabah agar ke depannya lebih baik.

Sekaligus mendukung pelestarian budaya pembuatan gerabah.

"Jadi saya hadir ke sini untuk mendukung pelestarian pengrajin gerabah ini kita dukung mereka bagaimana kemudian bisa lebih baik, bagaimana pemasarannya bisa berjalan lebih baik, dan juga tadi sudah disampaikan sudah dicoba melalui online. Dan selanjutnya nantinya InsyaAllah kita bisa bantu dalam hal permodalan," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2024/01/30/140508278/kagum-pembuatan-gerabah-di-klaten-masih-manual-puan-memang-harus-kita

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke