Salin Artikel

Niat Ritual Tak Sesuai Rencana, 16 Anggota Paguyuban Sir Buni Kasih Tersesat di Gunung Pangrango

Mereka lupa arah jalan pulang sejak Minggu (28/1/2024) dini hari hingga akhirnya berhasil dievakuasi oleh tim SAR pada Senin (29/1/2024) siang.

Belakangan diketahui bahwa 16 pendaki tersebut adalah anggota Paguyuban Sir Buni Kasih yang sedang melakukan perjalanan ziarah.

Paguyuban tersebut diketahui sering mengunjungi berbagai macam sumber air atau curug terutama yang berada di Gunung Pangrango.

Hal itu diungkapkan oleh Wiratama atau ketua dari Paguyuban Sir Buni Kasih, Dedi Saefullah.

"Kalau saya sering, kalau yang lain ada yang baru, ada yang pernah. Dan memang disini kordinasi dengan polhut," kata Dedi usai dievakuasi tim SAR Gabungan, Senin (29/1/2024).

Mereka melakukan pendakian melalui jalur ilegal yakni Kulah Dua, Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor dan berangkat pada Sabtu (27/1/2024).

Pada Minggu (28/1/2024) sekitar pukul 03.00 WIB, salah satu pendaki yang bernama Ade Bagya mengirim kabar ke anaknya dan memberi tahu bahwa dirinya tersesat di Gunung Pangrango.

"Terus pukul 16.30 WIB ngabarin nyasar, habis itu nggak ada kabar lagi," kata sang anak, Bintang pada Senin (29/1/2024).

Saat itu, ayahnya juga mengabarkan kalau rombongan pendakit terpecah menjadi dua kelompok. Sang anak pun kemudian melaporkan hal tersebut ke Damkar Ciawi, Bogor.

Tim kemudian melakukan pencarian via jalur Cibedug, Salabintana dan Cibodas. Para pendaki itu kemudian ditemukan di Blok Pasir Pogor, Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

Saat ditemukan, para pendaki dalam kondisi kelelahan dan dua di antaranya dalam kondisi terkilir.

Selain itu ada anak berusia 12 tahun yang ikut dalam rombongan.

Wiratama atau ketua dari Paguyuban Sir Buni Kasih, Dedi Saefullah menjelaskan alasan ada anak yang tergabung dalam kegiatan tersebut.

"Jadi bukan ziarah ya, jadi lebih ke tadabur alam, saya berangkat 16 orang awalnya 13 orang, tapi ada anaknya dari rombongan nangis pengen ikut, ikut sama bapaknya," kata salah satu orang yang tersesat di Gunung Pangrango, Dedi Saefullah, Senin (29/1/2024).

Ia bercerita rombongan sempat mengunjungi dua curug dan saat akan pulang, mereka terjebak cuaca ekstrim.

"Curug Cijambe, sudah nyampe, ke arah pulang, kendala kan ada hujan jadi di luar jangkauan. Kita sudah planing dan kenyataan berbeda. Ketika cuaca (buruk) harus sigap dan menentukan bermalam, karena cuaca ekstrem kita disini. Jadi ada keterlambatan, kalau hujan deras enggak, kabut sama hujan rintik lama. Yang bikin sulit karena gelap dan hujan," paparnya.

Selain akibat cuaca ekstrim, Dedi juga mengakui kalau dirinya beserta rombongan sempat membuka jalur sendiri yang menyebabkan dirinya beserta beberapa rombongan alami luka-luka seperti lecet dan terkilir.

"Saya ikutin jalur lama, tapi kan musim hujan jalan bekas orang udah nutup lagi, jadi terpaksa buka jalur," tandasnya.

Sementara itu Kepala Seksi Operasi SAR Jakarta, Agung Priambodo, menjelaskan terkait tersesatnya 16 pendaki di Gunung Pangrango.

"Survivor ini bergerak naik rencananya untuk ziarah hari Sabtu kemarin, sore mereka gerak sempat bermalam di sana dan rencana hari Minggu kemarin sore mereka turun. Dari informasi awal kami terima mereka terpisah jadi dua grup, 3 orang dan 10 orang," ujar dia pada Senin (29/1/2024).

Saat ditemukan 16 orang tersebut masih memiliki cukup logistik.

"Masih ada, tapi tinggal sedikit, terakhir masih bisa ngopi," katanya.

Tersesatnya 16 orang tersebut diduga akibat cuaca ekstrim dibarengi medan yang menurutnya cukup sulit dilalui.

"Karena cuaca, hujan deras, kondisi medan juga dan dua dari mereka mengalami luka jadi mereka sempat kebingungan mencari jalan turunnya," terangnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Penulis: Afdhalul Ikhsan, Firman Taufiqurrahman | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief), Tribunnewsbogor

https://regional.kompas.com/read/2024/01/30/081800578/niat-ritual-tak-sesuai-rencana-16-anggota-paguyuban-sir-buni-kasih-tersesat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke