Salin Artikel

Tradisi Sasi, Cara Perempuan Salafen Raja Ampat Merawat Laut

Wilayah sasi tersebut telah ditutup sejak satu tahun lalu, tepatnya 29 September 2022.

Masyarakat Salafen akan memanen hasil sasi berupa teripang selama delapan hari, lalu wilayah sasi akan kembali ditutup hingga tahun depan.

Sasi merupakan salah satu praktik adat untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan yang masih diterapkan hingga hari ini di wilayah Maluku dan Papua. Sasi diterapkan di darat dan laut.

Pengelolaan wilayah sasi dilakukan dengan prinsip pembukaan dan penutupan wilayah kelola dalam jangka waktu tertentu. Selama wilayah sasi sedang ditutup, tidak ada yang boleh mengambil sumber daya alam hingga tiba saatnya dibuka.

Zakan Day mendapat pendampingan pengelolaan sasi berkelanjutan, berlandaskan sains, melalui jalinan kemitraan dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

“Sasi merupakan tradisi yang perlu dijaga, karena sangat erat kaitannya dengan kegiatan konservasi. Kami pun mendampingi Zakan Day untuk mengelola sasi secara tepat, untuk menjaga kelestarian biota laut. Dengan begitu, manfaat dari tradisi sasi dapat dirasakan secara terus-menerus,” kata Manajer Senior Bentang Laut Kepala Burung YKAN, Lukas Rumetna, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (23/11/2023).

Kelompok sasi perempuan

Secara tradisi, pengelolaan wilayah sasi dilakukan oleh laki-laki. Namun, di beberapa kampung di Pulau Misool, Raja Ampat, yaitu Kapatcol, Aduwei, dan Salafen, perempuan sudah diberikan kepercayaan untuk mengelola wilayah sasi.

Kampung Salafen memiliki Kelompok Zakan Day yang beranggotakan 10 orang untuk mengelola wilayah sasi seluas 497,85 hektare, meliputi Tanjung Elket Nilam hingga Je’i Kamku. Hak kepemilikan kelompok ini pun diakui oleh pemerintah kampung, gereja, dan pemangku adat. Nama Zakan Day sendiri diambil dari nama leluhur marga Day.

“Perempuan harus berperan penting dalam menjaga alam. Meneruskan tradisi sasi merupakan salah satu upaya kami menjaga alam tetap lestari. Pada prosesnya Kelompok Zakan Day juga melibatkan generasi muda, sehingga harapannya tradisi sasi tidak putus,” kata Ketua Kelompok Zakan Day Serly Widya Dakam Day.

Serly menambahkan bahwa hasil penjualan dari buka sasi digunakan untuk mendukung kegiatan keagamaan, kemasyarakatan, serta tabungan pendidikan bagi masyarakat Kampung Salafen. Oleh karena itu, kegiatan sasi yang dilakukan oleh Zakan Day tidak hanya berdampak pada kelestarian alam, tetapi juga membawa banyak manfaat bagi masyarakat kampung.

Proses buka sasi dimulai dengan ibadah di gereja yang dilanjutkan dengan ritual adat untuk memohon izin leluhur agar hasil panen sasi melimpah dan membawa berkah. Setelah prosesi upacara adat selesai, masyarakat menuju wilayah sasi untuk mengambil teripang yang biasa dilakukan dengan menyelam bebas atau disebut molo dalam bahasa setempat.

Warga yang ikut panen sasi harus mematuhi aturan yang telah disepakati, di antaranya ukuran teripang yang boleh diambil minimal 15 centimeter dan jika kurang harus dikembalikan ke laut, serta menggunakan alat tangkap ramah lingkungan.

Selain kelompok Zakan Day dari Kampung Salafen, kelompok perempuan Joom Jak Sasi dari Kampung Aduwei, Distrik Misool Utara, Kabupaten Raja Ampat, yang juga didampingi oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan para mitra telah melakukan buka sasi laut pada 19 Oktober 2023.

Kelompok yang terdiri dari 60 perempuan ini mengelola kawasan sasi seluas 265,55 hektare yang meliputi Tanjung Hanta sampai Muara Ful (Joomsip).

Hingga hari ke-9 sejak buka sasi, kelompok Joom Jak berhasil mengumpulkan 953 teripang dengan ukuran rata-rata 28,4 sentimeter.

Selaku mitra pembangunan Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya, penguatan peran perempuan di dalam konservasi melalui tradisi sasi ini menjadi perhatian bagi YKAN.

“Konservasi di wilayah Bentang Laut Kepala Burung berjalan efektif karena didukung oleh sistem sosial budaya dan peran perempuan yang terwujud menjadi kebijakan lokal. Salah satu contohnya adalah tradisi sasi. Pengelolan wilayah sasi yang baik tentu akan berkontribusi positif kepada aspek ekologi, sosial, dan ekonomi masyarakat,” pungkas Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman.

https://regional.kompas.com/read/2023/11/24/003833178/tradisi-sasi-cara-perempuan-salafen-raja-ampat-merawat-laut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke