Salin Artikel

Nasib Pengungsi Rohingya Ditolak Warga Bireuen dan Aceh Utara, Sekda: Warga Merasa Tersakiti

KOMPAS.com - Setelah mendapat penolakan dari warga Bireuen dan Aceh Utara, ratusan pengungsi Rohingya masih terapung-apung di perairan Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Penolakan dari warga ini pertama kali terjadi, padahal sebelumnya sejumlah pengungsi etnis yang terusir dari Myanmar ini sellau diterima secara baik di Bireuen maupun Aceh Utrara.

Satu kapal berisi pengungsi Rohingya dilaporkan berada sekitar 5 mil laut dari bibir pantai Kecamatan Muara Batu, Jumat (17/11/2023) siang.

Kepala Hubungan Masyarakat Polres Lhokseumawe, Salman, membenarkan kapal itu masih berada di perairan Aceh Utara.

“Semalam masyarakat Desa Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara menolak kedatangan mereka. Polisi itu sifatnya hanya mengamankan. Jangan salah lo ya, kita tidak menolak, namun warga yang menolak,” kata Salman saat dihubungi, Jumat.

Dia menyebutkan, pantauan dari Polsek, kapal itu masih berada di perairan Aceh Utara.

“Masih berputar-putar di sekitar perairan Muara Batu. Jaraknya sekitar lima mil,” terangnya.

Dia menyebutkan, informasi dari sejumlah kecamatan di bibir pantai juga menolak kehadiran warga Rohingnya itu.

“Jadi masyarakat yang menolak kehadiran mereka. Ini tentu ada kasus-kasus sebelumnya yang membuat masyarakat kecewa. Itu yang kita dengar dari masyarakat kenapa mereka menolak warga Rohingnya,” terangnya.

Sulit meyakinkan warga

Murthala juga menambahkan penolakan masyarakat Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara terhadap imigran Rohingnya merupakan buntut dari beberapa peristiwa sebelumnya.

Apalagi, kebiasaan warga Rohingnya hanya menjadikan Aceh sebagai tempat transit untuk seterusnya melarikan diri.

Sisi lain, masyarakat Aceh sangat baik pada pendatang asing tersebut.

“Sekarang sangat sulit menyakinkan warga untuk menerima Rohingnya. Mereka merasa tersakiti atas sikap warga Rohingnya sebelumnya. Kan dulu Aceh Utara paling ramah pada Rohingya,” kata Murthala saat dihubungi, Jumat (17/11/2023).

Selain itu, tidak ada lokasi penampungan di Kabupaten Aceh Utara, sehingga pemerintah juga sulit menampung pengungsi tersebut.

“Kalau ada lokasi penampungan, kita bisa yakinkan warga misalnya bahwa ini hanya transit saja, sebelum dipindahkan ke lokasi lain oleh UNHCR dan IOM. Ini kita benar-benar tak punya penampungan lagi,” terangnya.

Dia menyebutkan, persoalan pendatang asing tersebut berada di bawah kewenangan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM.

“Pemerintah daerah hanya memfasilitasi saja. Namun, ini kita tak bisa fasilitasi, tempatnya tak ada,” katanya.

“Kemarin diterima sebentar, diberi bantuan makanan, minuman, pakaian dan obat-obatan. Ini sikap kemanusiaan masyarakat, selanjutnya mereka diminta melanjutkan perjalanan ke negara tujuan,” sambung A Murthala.

Sebelumnya kapal ini mendarat di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Kapal dalam kondisi prima untuk berlayar.

Lalu warga menolak kapal itu ke lautan. Terakhir kapal ini mendarat di Kabupaten Aceh Utara.

Masyarakat juga menolak lagi kapal itu setelah memberi air bersih, bahan makanan dan obat-obatan.

Hingga siang tadi, kapal masih berada di perairan Aceh Utara. Kapal tersebut berisi 249 orang, 78 laki-laki, 108 perempuan dan 54 anak-anak.

Penumpang kapal mengaku dari Bangladesh dengan tujuan Indonesia.

https://regional.kompas.com/read/2023/11/17/215846978/nasib-pengungsi-rohingya-ditolak-warga-bireuen-dan-aceh-utara-sekda-warga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke