Salin Artikel

Sejarah Pasar Klewer yang Dahulu Bernama Pasar Slompretan

KOMPAS.com - Berwisata ke Kota Solo tidak lengkap jika belum berbelanja batik di Pasar Klewer.

Pasar Klewer adalah pusat penjualan sandang, baik berupa bahan tekstil maupun produk tekstil berupa kain batik.

Biasanya wisatawan akan sengaja mampir ke Pasar Klewer untuk memborong berbagai jenis batik, baik untuk dikenakan sendiri, dijadikan buah tangan, atau dijual kembali.

Pasar Klewer terletak di Jalan DR Radjiman No 5A, Gajahan, Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah.

Lokasi Pasar Klewer juga cukup strategis dan dekat dengan tempat wisata lain, seperti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Masjid Agung Surakarta.

Yang lebih menarik adalah sejarah Pasar Klewer yang ternyata dulu merupakan tempat bangsawan kerajaan memarkir keretanya saat menghadap raja.

Sejarah Pasar Klewer

Sejarah Pasar Klewer dimulai dari saat pendudukan Jepang di Indonesia, di mana kondisi perekonomian penduduk pribumi sangat terpuruk.

Pada masa itu, masyarakat bekerja serabutan termasuk menjual bahan kain maupun kain jadi.

Di Kota Solo, lokasi para pedagang menawarkan barang dagangan tersebut salah satunya ada di wilayah Stabelan, persisnya di sebelah timur Pasar Legi Kecamatan Banjarsari.

Namun kemunculan isu adanya wabah pes di lokasi tersebut membuat pemerintah memindahkan pasar ke sebelah Masjid Agung atau sekitar alun-alun utara Keraton Kasunanan.

Lokasi pasar yang baru ini berdekatan dengan pasar yang sudah ada sebelumnya yakni Pasar Slompretan yang dimana banyak para berjualan burung.

Sebenarnya, wilayah ini bernama Pakretan yaitu tempat bangsawan kerajaan seperti bupati luar nagari memarkir keretanya saat menghadap Sinuhun Paku Buwana, raja pewaris kerajaan Mataram Islam.

Adapun julukan Slompretan berasal dari kata slompret yang merujuk terompet yang penanda kereta api berangkat pada zaman dahulu.

Namanya kemudian berubah menjadi Pasar Slompretan karena di tempat ini terjadi aktivitas perdagangan, meski sebenarnya belum ada bangunan fisik untuk menampung para pedagang.

Sebagian besar pedagang ini berjualan dengan cara hilir mudik untuk mendatangi calon pembeli.

Barang dagangan mereka hanya berupa barang-barang yang mudah dibawa dengan disampirkan di bahu menjuntai ke bawah dan tidak teratur atau berkleweran.

Cara tersebut dilakukan dengan tujuan pada saat menawarkan barang, ujung juntaian (kleweran) tersebut dapat dikibaskan kepada calon pembeli yang lewat, sehingga mereka mengetahui barang yang ditawarkan oleh para pedagang.

Dengan merujuk pada aktivitas perdagangan sandang tersebut, sebutan Pasar Slompretan kemudian berganti menjadi Pasar Klewer.

Seiring dengan industrialisasi kain batik, batik yang pada awalnya hanya boleh dikenakan kaum bangsawan dan hanya dibuat dengan teknik tulis (batik tulis) juga berkembang menjadi batik cap.

Keberadaan Kampung Kauman di seputaran Masjid Agung yang memiliki banyak perajin batik, serta Kampung Laweyan yang sejak lama menjadi sentra batik juga turut andil meramaikan pasar ini.

Akibatnya, aktivitas perdagangan di Pasar Klewer yang menjadi jujugan para pedagang juga terus meningkat.

Pasar Klewer mulai berkembang pada tahun 1942-1945 dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 1968.

Pesatnya aktivitas ekonomi di Pasar Klewer membuat pemerintahan di bawah Presiden Sukarno berinisiatif mendirikan bangunan permanen, yang dilakukan sekitar 10 tahun setelah proklamasi.

Awalnya tidak hanya sandang yang diperjualbelikan, namun ada juga pedagang sepeda dan pedagang burung yang memanfaatkan ruang-ruang terbuka di antara bemo yang mangkal di sekitar pasar.

Pemerintah lalu membangun gedung pasar permanen bertingkat untuk menampung para pedagang Pasar Klewer, yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 9 Juni 1970.

Pedagang sepeda kemudian direlokasi ke Pasar Gemblegan, sementara pedagang burung ditempatkan di sekitar Widuran.

Demi bisa menampung aktivitas perdagangan yang semakin meningkat, di sebelah sebelah timur Pasar Klewer akhirnya juga didirikan bangunan pasar.

Namun untuk menghormati kesakralan keraton, bangunan di sisi timur ini hanya dibuat satu lantai atau lebih rendah daripada bangunan di sebelah barat.

Banunan di sebelah sebelah timur Pasar Klewer diresmikanpPada tanggal 27 Desember 1986 oleh Gubernur Jawa Tengah Ismail dengan menandatangani prasasti selesainya pembangunan pasar tersebut.

Sayangnya pada 27 Desember 2014 musibah terjadi. Saat itu Pasar Klewer terbakar hebat di sisi barat daya.

Kepulan asap pertama kali diketahui berasal dari bagian belakang Pasar Klewer sekitar pukul 19.45 WIB, dan api pun berkobar selama hampir dua hari.

Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo kemudian memutuskan untuk membangun pasar sementara bagi para pedagang yang terdampak.

Atas izin Pakubuwana XIII, Alun-alun Lor kemudian dijadikan tempat untuk menampung ribuan pedagang Pasar Klewer.

Proses revitalisasi pasca-kebakaran berlangsung selama dua tahun, hingga akhirnya Pasar Klewer diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 21 April 2017.

Pasar Klewer sisi barat akhirnya dibangun kembali dengan tambahan area yang semula dua lantai dibangun menjadi empat lantai, dengan tujuan untuk memfasilitasi pengunjung dan para pedagang.

Walau begitu, bangunan Pasar Klewer yang baru tetap tidak melebihi ketinggian bangunan keraton, karena penambahan dilakukan dengan membuat lantai basement dan lantai semi basement.

Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id  
visitjawatengah.jatengprov.go.id  
surakarta.go.id  
nasional.kompas.com  
m.antaranews.com  

https://regional.kompas.com/read/2023/11/15/225431678/sejarah-pasar-klewer-yang-dahulu-bernama-pasar-slompretan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke