Salin Artikel

Setelah Sepeda Bambu, Giliran Sepeda Rotan Aceh Tembus Pasar Perancis

Salah satunya adalah sepeda. Entah bentuk, ukuran, atau pun bahan pembuat rangka yang berbeda akan membuat sebuah sepeda mendapatkan perhatian lebih.

Kita tentu masih ingat dengan sepeda dengan bahan bambu bermerek Spedagi yang diproduksi di Temanggung, Jawa Tengah.

Sepeda tersebut menyedot perhatian ketika dipakai Presiden Joko Widodo saat gowes bareng Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albenese, di Istana Bogor, Juni 2022 silam.

Lalu, kabar terbaru adalah Spedagi mampu dipakai ajang endurance ultra cycling Japanese Odyssey 2023, yang dimulai pada 24 Oktober lalu.

Ajang ini mengharuskan para pesepeda menempuh jalur sejauh 2.700 kilometer membelah pulau utama di Jepang, dari selatan ke utara, dengan cut of time (COT) selama 12 hari.

Sepeda bambu tersebut terbukti mampu membawa sang rider, Wisli Sagara finish di ajang tersebut, dengan capaian di bawah COT, pada Minggu, 5 November 2023.

Singgih Susilo Kartono -perancang Spedagi, dalam perbincangang dengan Kompas.com menyebut, kemasyuran sepeda rancangannya memang sudah sampai di Jepang.

Hal itu terbukti dengan terbentuknya komunitas penggemar sepeda bambu di Jepang, sejak Spedagi mendapat penghargaan Gold Award tahun 2018 di ajang G-mark Good Design Award.

Sepeda rotan

Nah, setelah bahan bambu sukses mendunia, kini ada pula sepeda berbahan rotan dari kota di ujung barat Indonesia, Banda Aceh.

“Ada 11 unit yang diekspor. Senin (6/11/2023) kita kirim ke Surabaya dulu, baru kemudian dikirim ke Perancis,” kata perajin sepeda rotan Zainal Bakri di Gampong Ilie, Ulee Karang, Banda Aceh, akhir pekan lalu.

Zainal Bakri menyebut sepeda rotan tersebut dikirim ke Kota Paris, setelah datang pesanan dari lembaga peduli satwa dan lingkungan bernama Yaboumba, di Perancis.

Sepeda ukuran orang dewasa itu terbuat dari bahan baku rotan manau.

Rotan manau - seperti diwartakan Kantor Berita Antara - dikenal sebagai rotan dengan kualitas terbaik di dunia, dan tumbuh di hutan Aceh.

Sepeda rotan dengan merek Zen Bak tersebut dibanderol seharga Rp 5 juta per buah.

“Saya buat sendiri, dibantu 5-6 orang untuk menekukkan rotan, halusin, dan lain-lain. Ini semua dikerjakan secara manual,” kata Zainal lagi.

Menurut Zainal Bakri, inovasi sepeda dari rotan pertama kali muncul pada tahun 2017, lewat program rotan ramah lingkungan bersama Uni Eropa.

Saat itu, Zainal Bakri memperlihatkan prototipe-nya di ajang Forum Rotan Internasional yang digagas Kementerian Perindustrian.

Berselang beberapa saat kemudian, Zainal Bakri langsung memproduksi sepeda rotan tersebut.

Zainal Bakri juga mengaku sempat bergabung dalam pusat inovasi rotan nasional di Palu, Sulawesi Tengah, dan memperlihatkan berbagai desain sepeda rotan kreasinya.

“Saya menjualnya ke Paris, ada mitra di sana. Dasar kami dulu adalah pusat konservasi satwa," sebut Zainal Bakri.

"Kalau ini bisa bagus, hasil transaksi ini nanti bisa kami sisihkan untuk pusat kegiatan konservasi satwa,” sambung dia.

Zainal Bakri mengaku bertahun-tahun bergelut dengan tumbuhan rotan. Bahkan ia juga memiliki bisnis penjual bahan baku rotan ke sejumlah wilayah di Indonesia.

Dengan latar belakang itulah, dia dapat memastikan bahwa rotan yang digunakan adalah rotan ramah lingkungan.


Ide awal sepeda rotan

Inovasi membuat sepeda rotan diakui Zainal Bakri, muncul dari keinginan untuk membangun transaksi perekonomian lebih dari menjual sekadar bahan baku rotan.

“Jadi saya juga jenuh hanya berbisnis bahan baku, karena saya lihat kalau hanya berbisnis bahan baku, maka Aceh tidak punya nilai jual yang baik."

"Sementara rotan manau ini disebut rotan terbaik di dunia, dan salah satunya tumbuh di Aceh,” ujar dia.

Rotan manau, kata Zainal Bakri, tumbuh hampir seluruh wilayah hutan Aceh, terutama di wilayah pantai barat dan selatan Aceh.

Sementara, untuk produk turunan dari rotan manau seperti kursi, meja, keranjang dan lainnya, sudah banyak diproduksi oleh orang lain.

Maka, Zainal Bakri ingin mencoba hal baru, dengan membuat membuat sepeda dari bahan baku rotan.

“Menurut saya, kalau saya berpikir rotan hanya kursi, keranjang, maka terlalu primitif bagi saya."

"Jadi saya mulai membuat sepeda rotan ini tahun 2017, tapi setelah itu terhenti,” ujar Zainal Bakri.

Penjualan sepeda rotan ke Paris ini diharapkan dapat menjadi momentum yang baik untuk dia kembali bangkit, dan memproduksi lebih banyak lagi sepeda rotan.

“Bagi saya momen pengiriman ke Perancis ini menjadi ajang promosi yang baik. Setelah ini akan ada inovasi tambahan, sepeda untuk anak-anak, stang panjang, dan lain-lainnya,” ujar dia.

Selain menjual ke Perancis, kata Zainal Bakri, sepeda rotan ini juga sudah dijual di beberapa daerah di Tanah Air, seperti Medan, Jakarta, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Surabaya, meski masih dalam kuantitas yang sedikit. 

https://regional.kompas.com/read/2023/11/06/130000978/setelah-sepeda-bambu-giliran-sepeda-rotan-aceh-tembus-pasar-perancis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke