Salin Artikel

"Meski Makan Tak Pernah Telat, Kami Tak Mau Lama-lama di Pengungsian"

"Makanan ada terus, dimasakan relawan, jadi tidak ada kelaparan. Masakannya juga enak, menunya banyak. Tapi meski makanan tak pernah telat, kami tak mau lama-lama di pengungsian. Anak saya juga bisa bermain dengan teman-temannya, diajari relawan," paparnya

Peristiwa tersebut terjadi saat Kepala Dinas Sosial Kabupaten Semarang Istichomah mengumumkan 91 warga yang mengungsi di Balai Desa Batur sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

Diketahui, sejak Sabtu (28/10/2023), warga yang kebanyakan lansia, perempuan, dan anak-anak tersebut harus mengungsi karena Gunung Merbabu terbakar.

Rahayu, warga Dusun Gedong Desa Tajuk Kecamatan Getasan mengatakan, menjadi pengungsi selama tiga hari dua malam adalah pengalaman tak terlupakan baginya.

"Ini adalah yang pertama kali mengungsi. Terima kasih Bupati, polisi, tentara, relawan dan semua yang telah membantu warga. Merbabu memang beberapa kali terbakar, tapi kalau sampai harus mengungsi, baru sekarang ini," ujarnya.

Rahayu bercerita, Jumat (27/10/2023) saat Gunung Merbabu pertama kali terbakar, sudah terasa asapnya hingga permukiman.

"Terasa parah pada Sabtu-nya, asap sangat terasa. Di mata pedih, untuk napas juga sesak, akhirnya para relawan naik untuk menjemput warga," ungkapnya.

"Saya sama anak saya, terus saudara-saudara juga ikut mobil, diajak mengungsi. Terus terang takut kalau kena sakit di pernapasan, jarak pandang juga pendek itu," kata Rahayu

Sehingga dia pun dengan sukarela mengajak saudaranya untuk mengungsi. Sebenarnya, saudaranya banyak yang tidak mau mengungsi.

Di pengungsian, ternyata tak seseram bayangannya. Soal makanan, tak pernah telat dan stoknya banyak.

"Makanan ada terus, dimasakan relawan, jadi tidak ada kelaparan. Masakannya juga enak, menunya banyak. Tapi meski makanan tak pernah telat, kami tak mau lama-lama di pengungsian. Anak saya juga bisa bermain dengan teman-temannya, diajari relawan," paparnya

Meski begitu, Rahayu berharap Gunung Merbabu segera membaik.

"Semoga cepat hujan, tidak terbakar lagi. Kami juga bisa kerja lagi, anak-anak sekolah dengan baik," kata dia.

Sementara Sri, warga Ngaduman, mengungsikan keluarganya ke rumah mertua yang ada di Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

"Sekalian diungsikan ke tempat yang jauh, menunggu aman dan api di Merbabu padam. Khawatir juga kalau anak-anak sakit karena kebakaran ini," ujarnya.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Semarang Istichomah mengungkapkan, meski warga telah pulang ke rumah, tetap dilakukan pendampingan.

"Akan dilakukan cek kesehatan secara berkala, termasuk juga pengiriman logistik dan dropping air bersih," ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/10/30/214518978/meski-makan-tak-pernah-telat-kami-tak-mau-lama-lama-di-pengungsian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke