Salin Artikel

Mengapa Kendari Dijuluki Kota Lulo?

KOMPAS.com - Kota Kendari adalah ibu kota Sulawesi Tenggara (Sultra) yang dikenal dengan julukan Kota Lulo.

Julukan Kota Lulo bagi Kota Kendari berasal dari nama tarian tradisional Suku Tolaki yaitu tari lulo atau dikenal juga sebagai tari malulo.

Seperti diketahui, Suku Tolaki adalah etnis terbesar yang berada di provinsi Sulawesi Tenggara yang diperkirakan sudah ada sebelum masa kerajaan-kerajaan ada di Indonesia.

Dilansir dari laman Kemendikbud, tari lulo merupakan tarian tradisional yang awalnya dilakukan seusai panen sebagai ritual untuk memuja Dewi Padi.

Hal ini sesuai dengan makna kata lulo yang berarti menginjak-injak onggokan padi untuk melepaskan bulir dari tangkainya.

Seiring berjalannya waktu, tari lulo tidak lagi dimainkan sebagai ritual pesta panen, tetapi menjadi hiburan masyarakat Kendari.

Tari lulo kemudian dipertunjukkan di berbagai acara, seperti acara perkawinan, ulang tahun, tahun baru, dan lain sebagainya.

Sejarah tari lulo tidak lepas dari sistem mata pencaharian dan sistem kepercayaan lokal masyarakat Tolaki kuno.

Masyarakat Tolaki kuno yang menempati wilayah dataran dan pegunungan sangat bergantung dengan hasil alam untuk mencukupi kebutuhannya.

Maka dari itu, mata pencaharian masyarakat Suku Tolaki umumnya sebagai petani dan peladang.

Kegiatan bercocok tanam tersebut dilakukan masyarakat Suku Tolaki secara gotong royong dan kekeluargaan.

Sedangkan tari lulo sendiri berkembang dari kebiasaan masyarakat Tolaki yang menginjak-injakkan kaki kiri untuk membuka bulir-bulir padi pada saat panen.

Tradisi menginjak padi ini dikenal dengan Molulowi opae yang dalam bahasa Tolaki kata molulowi berarti menginjak-injakkan kaki dan opae artinya padi.

Versi lain menyebut bahwa tari lulo pada awalnya lahir dari tradisi yang dilakukan ketika masyarakat Tolaki kuno akan membuka lahan yang dijadikan sebagai tempat bercocok tanam.

Masyarakat Tolaki kuno akan berkumpul pada lahan baru yang akan dibuka dan kepala suku akan memberikan perintah untuk membentuk lingkaran, saling bergandengan tangan, dan menginjak-injakkan kaki yang disertai dengan bunyi alunan musik gong.

Hal ini dilakukan untuk meminta kepada penguasa alam agar tanaman mereka tidak diganggu oleh serangan hama dan penyakit.

Selain dimaksudkan untuk menghibur dewa Sanggolemboe, tari lulo juga digunakan sebagai instrumen ritual penyembuhan warga yang sakit.

Dalam kepercayaan masyarakat Tolaki, penyakit seseorang biasanya diakibatkan oleh kesalahan orang tersebut yang menyebabkan Sangia murka dan memberikannya penyakit.

Hal ini menegaskan makna tari lulo yang menunjukkan pengakuan manusia yang kehidupannya sangat tergantung kepada keinginan para dewa.

Tari lulo terdiri dari beragam jenis yang dibedakan dari instrumen pengiring, gerak-gerakan dalam tarian, asal daerah, dan bahkan nama penciptanya.

Walau begitu, gerak dasar dari tarian ini adalah sama, yaitu gerakan kaki, tangan dan bentuk lingkaran.

Sumber:
sultra.tribunnews.com 
kebudayaan.kemdikbud.go.id  
kikomunal-indonesia.dgip.go.id  

https://regional.kompas.com/read/2023/10/18/215108478/mengapa-kendari-dijuluki-kota-lulo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke