Salin Artikel

Penampakan "Kampung Mati" di Semarang, Dulu Ternyata Perumahan Elit pada 1980-an

Sebuah daerah yang dulunya disebut Kampung Mati itu dulu dikenal dengan Perumahan Dua Belas, karena jumlah rumah yang dibangun di tempat tersebut berjumlah dua belas.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, memang banyak bangunan rumah yang terbengkalai. Beberapa rumah juga sudah tertutup rumput ilalang. Selain itu, atap rumah tersebut juga banyak yang sudah roboh.

Perumahan yang dibangun sekitar 1980-an itu hanya tinggal satu rumah yang aktif sebagai tempat tinggal dan bisnis di lokasi yang disebut horor tersebut.

Kini, sejumlah rumah sudah dibeli oleh seorang pengusaha asli Desa Cepoko yang bernama Sumardani. Saat ini, salah satu rumahnya dia sewakan untuk bisnis gas elpiji.

"Enggak tahu siapa yang buat nama Kampung Mati," jelasnya saat ditemui di tempat usahanya di Desa Cepoko, Selasa (17/10/2023).

Dia membenarkan jika lokasi yang disebut sebagai Kampung Mati itu bernama Perumahan Dua Belas. Saat ini, sebanyak 7 rumah sudah menjadi hak miliknya sejak tahun 2000-an.

"Tadinya ada 12 rumah dan sudah pada saya beli 7 rumah," kata dia.

Pada awalnya, rumah yang berada di Kampung Mati merupakan perumahan elit pada zamannya. Namun, pada 1987-an, beberapa penghuni rumah itu menjadi korban Tragedi Mina.

"Beberapa rumah itu sempat dijual untuk biaya haji, namun malah menjadi korban Tragedi Mina. Hingga tahun 2000-an rumah itu mangkrak, kemudian saya beli," paparnya.

Tidak horor

Nailil (23) warga yang masih tinggal di permukiman tersebut mengatakan, banyak orang yang membuat konten horor di tempat tersebut tanpa seijin dia. Hal itu membuatnya menjadi risih.

"Terganggu dengan adanya konten-konten horor itu. Apalagi buatnya tanpa ijin," jelasnya saat ditemui di rumah yang dia sewa dari Sumardani.

Dia menjelaskan, tempat tinggalnya mulai dibuat konten sejak dua tahun lalu. Menurutnya, banyak informasi yang diposting di media sosial yang justru tidak sesuai fakta.

"Pada buat konten katanya horor, padahal saya di sini biasa saja. Tak ada kesan horor," kata dia menceritakan.

Nailil mengaku sudah dua tahun tinggal di tempat tersebut. Dia menempati satu rumah yang berada di bagian depan untuk digunakan sebagai gudang sekaligus kantor gas elpiji.

"Konten-konten itu juga bisa ganggu jualan ini khawatirnya. Makannya, kenapa pada tak ijin kalau buat konten di sini," paparnya.

Selama ini, banyak konten kreator yang buat video di tempatnya dengan cara diam-diam ketika malam hari sehingga mengganggunya.

"Kalau tidak biasanya pada ke sini saat saya tidak ada di sini (rumah)," imbuh dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/10/17/145021378/penampakan-kampung-mati-di-semarang-dulu-ternyata-perumahan-elit-pada-1980

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke