Salin Artikel

Keluh Kesah Penjual "Skincare" di TikTok Shop, Omzet Rp 30 Juta Bisa Menguap dan Bingung Nasib Karyawan

Perempuan asal Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut mengaku omzet Rp 30 juta per bulan yang didapatkannya bisa menguap.

Sejumlah orang yang dia pekerjakan dan bekerja sama, terancam kehilangan pekerjaan.

Dikenal publik dalam waktu cepat

Munira mulanya tidak pernah menyangka bisnis produk kecantikan yang diluncurkannya pada Agustus 2023  miliknya akan berkembang pesat. 

Berkat TikTok Shop, produknya bisa dikenal publik dalam waktu satu bulan ini.

"Dari live TikTok Shop, saya bisa dapat Rp 30 juta per bulan," kata dia, Jumat (29/9/2023).

"Sebelum memiliki produk sendiri. Saya berjualan produk orang lain di TikTok sejak April 2022," lanjut dia.

Dari situ ia termotivasi dan terus berjualan di sosial e-commerce hingga berani mengeluarkan brand sendiri dengan nama Balong Skincare.

Setelah pemerintah melarang aktivitas penjualan di TikTok Shop, Munira ketar-ketir.

Di satu sisi, ia harus memikirkan nasib karyawan, distributor dan tim kreatifnya.

Saat ini ia memiliki enam karyawan, tim kreator 7 orang, distributor 8 orang, afiliator sudah dibayar 30 orang.

"Afiliator saya bayar untuk bantu promosi produk saya di live TikTok Shop. Kalau tidak bisa live lagi bagaimana afiliator kerjakan tugas? Tentu mereka harus kembalikan uang saya. Sementara uang itu pasti sudah digunakan," sebut Munira.

Dia menilai akan ada  banyak content creator dan afiliator yang kehilangan pekerjaan.

Di TikTok Shop sambungnya, walau produk tidak terkenal tetap ada closingan dan laku tiap hari.

"Jika tidak bisa live TikTok bagaimana distributor dan KOL bisa memasarkan produk ini," kata Munira.

Minta pemerintah cari jalan tengah

Munira mengatakan, pengusaha yang baru memulai bisnis sepeti dirinya merugi setelah pemerintah melarang social commerce TikTok Shop, bertransaksi jual-beli dalam platform tersebut.


Ia keberatan lantaran putusan tersebut malah akan merugikan banyak pihak UMKM, terutama karena konsumen sudah terbiasa berbelanja di social e-commerce.

Menurutnya, menggunakan Tiktok sebagai media untuk promosi, sangat membantu apalagi Munira belum terkenal layaknya produk lain yang iklannya diendors artis terkenal.

"Kalau belum viral maka akun baru atau pemula tanpa gimik dan sensasi berakhir zonk, padahal itu baru dari segi promosi saja belum ke penjualan," jelas Munira.

"Walau tidak berniat belanja, tapi netizen yang menonton video saat live TikTok mendengar penjelasan tentang keunggulan produk pasti tertarik beli tekan keranjang kuning," terang Munira.

Ia berharap pemerintah bisa mencari solusi kebijakan yang berpihak pada UMKM yang sebelumnya berkecimpung di TikTok Shop.

"Jujur saja, kami tidak bisa saingan sama mereka pedagang besar seperti di tanah abang atau pasang iklan di TV dan endorse artis karena biaya besar sedangkan kami modal ponsel, kreativitas, dan barang sedikit (modal dikit) untuk promosi," pungkas Munira.

https://regional.kompas.com/read/2023/09/29/092212378/keluh-kesah-penjual-skincare-di-tiktok-shop-omzet-rp-30-juta-bisa-menguap

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke