Salin Artikel

Kisah Melki, Guru Honorer di Keerom, Tetap Setia Mengajar meski 5 Kali Tes CPNS Tak Lolos

KEEROM, KOMPAS.com - Melki Wally (34) terlihat bersiap-siap di depan rumahnya dan hendak ke Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (SD YPPK) Ubrub di Kampung Umuaf, Distrik Web, Kabupaten Keerom, Senin (25/9/2023) pagi sekitar pukul 06.30 WIT.

Dengan mengenakan pakian kerah berwarna biru dan celana panjang hitam serta sendal dan noken, Melki keluar dari rumahnya menuju ke sekolah yang berada di samping rumah guru yang ia tempati.

Pria yang akrab disapa Melki ini kemudian membuka ruangan kelas 1 dan ruangan dewan guru. Kemudian, pukul 07.00 WIT, dia membunyikan lonceng yang berada tepat di samping luar ruangan kelas 1.

Saat itu, para siswa mulai datang ke sekolah. Selaku guru, Melki langsung meminta para siswa untuk membersihkan ruangan kelasnya masing-masing.

Melki ini sehari-hari bekerja sebagai guru honorer di SD YPPK Ubrub di Kampung Umuaf. Pekerjaan ini ditekuninya selama 11 tahun sejak 2012.

“Saya sejak 2012 dikontrak sebagai guru honorer dari sekolah. Lalu saya mengajar sampai tahun 2015. Kemudian lanjut kuliah, tetapi setelah itu saya kembali ke kampung dan tahun 2017 dipanggil lagi mengajar dengan status kontrak dari sekolah,” ungkapnya kepada Kompas.com.

Guru honorer kelahiran Ubrub, 5 Februari 1990 ini sudah beberapa kali mencoba melamar menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Kabupaten Keerom, namun belum juga lolos.

Alumni SMA Negeri 1 Arso Kabupaten Keerom ini sudah berusaha melamar dan memasukkan berkas-berkasnya supaya diterima menjadi CPNS. Hal ini dilakukannya dengan penuh semangat. Namun, dia tidak pernah diakomodasi dalam kuota CPNS dari Pemda Keerom.

“Terakhir saya masukkan berkas untuk 1.000 honorer anak asli Keerom atau anak adat dari Keerom, bahkan sudah memasukkan berkas, tapi hasilnya saya tidak diloloskan,” ucap Melki dengan nada kecewa.

“Saya rasa kecewa juga, karena lima kali tes CPNS, tapi tidak pernah diloloskan. Padahal saya selama ini mengajar sebagai guru honorer selama belasan tahun,” ucapnya dengan nada kecewa.

Meski begitu, ayah empat anak ini masih setia mengajar.

“Hal ini saya lakukan karena saya masih sayang sama ade-ade (siswa-siswi) dan saya kasian sama mereka, karena mereka adalah generasi penerus di daerah dan bangsa,” ungkapnya.

Melki mengaku akan tetap mengajar meski upah yang diterima tak sebanding dengan waktu yang dihabiskan.

“Biar susah, saya tetap bertahan untuk mengajar ade-ade di SD YPPK Ubrub,” katanya.

Honor belum dibayar

Tak hanya gaji yang pas-pasan, Melki kadang harus menerima honornya telat dibayar.

“Untuk semester 2 ini sekitar 10 bulan honor saya belum dibayar,” jelasnya.

Sejak tahun 2012, Melki termasuk dalam kontrak guru dari sekolah. Lalu pada 2021, dia dimasukkan ke dalam guru honorer yang dikontrak oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Keerom.

“Saya sampai sekarang bingung mengenai status guru kehormatan saya. Apakah masih dalam status guru kontrak dinas atau guru kontrak sekolah. Karena sampai sekarang hak saya sebagai guru honor sudah 10 bulan belum diterima,” bebernya.

Oleh karena itu, guru honorer asal Kampung Umuaf, Distrik Web, Kabupaten Keerom, ini berharap agar ke depannya statusnya sebagai guru honorer bisa diperjelas. Melki juga berharap bisa diangkat sebagai CPNS.

“Saya berharap status saya sebagai guru honorer bisa diperjelas dan hak-hak saya bisa diperhatikan lagi, sehingga sebagai guru honorer kami tetap semangat untuk mengajar di sekolah,” harap Melki.

https://regional.kompas.com/read/2023/09/25/092006278/kisah-melki-guru-honorer-di-keerom-tetap-setia-mengajar-meski-5-kali-tes

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke