Salin Artikel

6 Upacara Adat Aceh, Ada Peusijuek

KOMPAS.com - Ada sejumlah upacara adat Aceh yang masih berlangsung hingga saat ini.

Upacara adat Aceh biasanya dilakukan dalam perayaan-perayaan tertentu sebagai ungkapan rasa syukur.

Keberadaan upacara adat tersebut menjadi ciri khas daerah, tak terkecuali Aceh.

Berikut ini sejumlah upacara adat Aceh yang masih dilakukan hingga saat ini.

Upacara Adat Aceh

1. Peusijuek

Upacara Peusijuek sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas harapan yang telah tercapai.

Peusijuek adalah upacara adat yang biasa dilakukan pada saat pernikahan, pergi menuntut ilmu, naik haji, naik pangkat, memiliki rumah baru, memiliki kendaraan baru, dan lain sebagainya.

Upacara adat Peusijuek dipimpin oleh tokoh agama atau tokoh adatsetempat. Tokoh tersebut akan memimpin doa-doa keselamatan dan kesejahteraan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Para tokoh ini merupakan sosok yang dihormati, mereka dapat laki-laki mmaupun perempuan.

2. Meugang

Meugang atau makmeugang adalah upacara adat berupa tradisi memasak daging dan menikmati bersama keluarga.

Banyak ragam masakan untuk upcara adat tersebut.

Upacara adat meugang biasanya diawali dengan pemotongan kerbau atau kambing. Sebagian masyarakat juga dapat membeli daging untuk memenuhi tradisi tersebut.

Sejarah meugang telah dilakukan sejak Kesultanan Aceh, yakni pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.

Sultan mengadakan acara pemotongan hewan ternak dalam jumlah banyak untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Tujuan meugang pada saat itu sebagai rasa syukur dan terima kasih atas kemakmuran Aceh.

Meugang saat ini digunakan untuk menyambut hari-hari besar umat Islam, seperti satu hari sebelum Ramadan (meugang puasa), hari terakhir berpuasa atau sebelum hari raya Idul Fitri (meugang uroe raya puasa), dan sehari sebelum Idul Adha (meugang uroe raya haji)

3. Kenduri Beureuat

Upacara adat Kenduri Beureuat biasa dilakukan pada bulan Syaban dalam kalender hijriyah.

Bulan Syaban dikenal juga dengan bulan Khanduri Bu dalam penanggalan Aceh.

Upacara adat tersebut dilakukan di masjid, musholla, atau tempat-tempat pengajian usai Magrib atau Isya.

Masyarakat akan datang dengan membawa idang, yakni sepaket makanan yang berisi nasi dan lauk pauk dalam sebuah wadah.

Idang tersebut akan disantap bersama-sama untuk menikmati berkah di bulan Syaban sebagai bentuk rasa syukur.

4. Ritual Sawah Suku Kluet

Upacara adat Ritual Sawah Suku Kluet dilakukan oleh masyarakat yang mendiami beberapa daerah di Kabupaten Aceh Selatan.

Ritual Sawah Suku Kluet merupakan ritual adat yang dilakukan oleh petani selama mengerjakan lahan pertanian.

Selama pengerjaan lahan terdapat  upacara adat untuk setiap tahapannya, mulai pembenihan hingga masa panen.

Pada saat petani turun ke sawah makada ada upacara adat yang disebut kenduri ule Ihueng atau babah Ihueng.

Upacara adat tersebut mencakup  pengairan lahan pertanian. Pada tahapan ini, masyarakat suku Kluet akan menyembelih kerbau sebagai bagian dari proses tradisi.

Setelah padi berumur satu bulan hingga dua bulan, upacara adat akan dilanjutkan dengan kenduri kanji.

Pada tahapan tersebut masyarakat akan mengantarkan bubur ke sawah yang dipimpin oleh Kejurun Belang. Pemimpin yang mengurusi bidang pertanian.

Upacara adat selanjutnya dilakukan pada saat padi telah berisi yang bernama kenduri sawah.

Pada saat panen akan dilakukan upacara adat terakhir yang disebut kenduri pade baro.

Kenduri pade baro dilakukan secara sederhana di masing-masing rumah petani untuk menikmati hasil panen.

Upacara adat suku Kluet tersebut sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah panen yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

5. Uroe Tulak Bala

Uroe Tulak Bala adalah salah satu upacara adat Aceh yang dilakukan oleh masyarakat pantai barat selatan Aceh setiap setahun sekali.

Upacara adat yang dilakukan pada bulan Safar tersebut bertujuan untuk menolak bala atau musibah.

Bulan Safar dipercaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa tengah menurunkan musibahnya.

Prosesi upacara adat dilakukan di pantai oleh masyarakat sekitar dengan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Upacara adat yang telah berlangsung sejak lama ini masih dilakukan hingga saat ini.

6. Kenduri Maulod

Kenduri maulod adalah peringatan kelahiran Pang Ulee (penghulu alam) Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allot SWT yang terakhir.

Sosoknya sebagai pembawa dan penyebar agama Islam tersebutlah yang disebut Kanduri Pang Ulee.

Tradisi ini juga dipahami bahwa Nabi Muhammad SAW telah membawa umat Islam kepada alam yang tercerahkan.

Kenduri Pang ulee dilakukan pada Rabiul Awal, Rabiul Akhir, dan Jumadil Awal.

Retang waktu pelaksanaan tersebut supaya masyarakat Aceh dapat melaksanakan secara keseluruhan dan merata.

Masyarakat tidak selalu menggunakan semua waktu pelaksanaan tradisi ini. Mereka dapat memilih salah satu waktu pelaksanaan upacara adat tersebut tergantung kemampuan penyelenggara.

Tradisi yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia terasa spesial karena ada acara makan bersama. Hidangan wajibnya adalah Kuah Beulangong, kari khas Aceh.

Sumber:

acehprov.go.id

bobo.grid.id

kebudayaan.kemdikbud.go.id

kebudayaan.kemdikbud.go.id

https://regional.kompas.com/read/2023/08/16/225810478/6-upacara-adat-aceh-ada-peusijuek

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke