Salin Artikel

Suspek Rabies, Warga di Sumbawa Barat Meninggal Dunia

SUMBAWA, KOMPAS.com - IN (52), warga Desa Kiantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Nusa Tenggara Barat (NTB), meninggal dunia setelah menjalani perawatan akibat suspek rabies.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat Erna Idawati mengatakan, pasien tersebut dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Asy Syifa dengan gejala terpapar rabies.

"Benar, pasien sempat dirawat intensif di RSUD Asy Syifa dan dinyatakan meninggal dunia Kamis siang (3 Agustus 2023). IN menunjukkan gejala-gejala terpapar rabies," kata Erna saat dikonfirmasi via telepon, Jumat (4/8/2023).

Ia menerangkan, warga yang dinyatakan suspek rabies ini sempat mendapat perawatan di Puskesmas Poto Tano pada Rabu (2/8/2023) sekitar pukul 03.00 Wita dini hari dengan keluhan nyeri dada dan sesak napas sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Asy Syifa Kabupaten Sumbawa Barat.

"Setelah sempat ditangani secara medis, korban meninggal dunia dengan status suspek rabies," terangnya.

"Ini suspek pertama yang kemudian muncul pada manusia dan meninggal," ucap Erna.

Erna menjelaskan, dua bulan lalu, IN digigit anjing peliharaannya di kebun, tak jauh dari kediaman korban di Dusun Sagena, Kecamatan Poto Tano. Hal itu berdasarkan keterangan dari keluarga korban.

Akibat gigitan tersebut, pasien mengalami luka di bagian ibu jari sampai jari tengah tangan kanan. Usai menggigit, anjing tersebut langsung dibunuh.

Setelah itu, IN langsung mendatangi Poskesdes Desa Kiantar dan mendapat perawatan oleh bidan desa.

IN lalu dirujuk ke Puskesmas Poto Tano untuk mendapatkan perawatan sesuai SOP dan suntikan vaksin anti-rabies.

Tim medis menyarankan agar segera melakukan perawatan lebih lanjut, termasuk suntikan vaksin anti-rabies ke Puskesmas Poto Tano.

"Dia hanya melakukan perawatan di rumah saja hingga akhirnya pada Rabu 2 Agustus lalu korban dilarikan keluarga ke puskesmas lagi," urainya.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat, kasus gigitan HPR masih ditemukan di delapan kecamatan. Sampai bulan Agustus 2023, tercatat ada sekitar 50 kasus gigitan HPR. Terbaru, kasus gigitan HPR terjadi di Dusun Sagena, Kecamatan Poto Tano.

"Seluruh keluarga pasien yang melakukan kontak langsung dengan pasien juga sudah disuntik vaksin anti-rabies untuk mengantisipasi kemungkinan tertular," sebut Erna.

la mengimbau masyarakat yang tergigit HPR atau mengetahui kasus gigitan HPR untuk tidak abai dan proaktif dengan melaporkan diri ke petugas atau fasilitas kesehatan terdekat.

"Ini kasus (suspek rabies) pertama yang korbannya meninggal dunia dan harus menjadi perhatian semua pihak. Sikap proaktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya mencegah kasus-kasus seperti ini terulang kembali," jelas Erna.

Sebelumnya, video IN saat menjalani perawatan di rumah sakit tersebar melalui aplikasi Whatsapp.

Dua potongan video berdurasi sekitar 8 detik dan 31 detik itu memperlihatkan berbagai gejala yang dialami IN. Seperti, hydrophobia atau ketakutan berlebihan terhadap air.

Terkait video tersebut, Erna menyebut penyebar video tidak menjaga privasi pasien. Tidak hanya itu, tersebarnya video itu menyimpulkan bahwa IN positif rabies, padahal tim medis menyebut masih suspek.

"Suspek rabies dan rabies itu beda. Kalau suspek masih dugaan atau perkiraan jangan sampai masyarakat menjadi panik, tapi waspada dan mengikuti SOP itu wajib," tegasnya.

Meski begitu, masyarakat tetap diimbau untuk tetap meningkatkan kewaspadaan karena Sumbawa Barat masih berstatus KLB rabies sejak 31 Maret 2022.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/04/125724278/suspek-rabies-warga-di-sumbawa-barat-meninggal-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke